Kamis, 30 Juli 2020

Review Ikan Lele


Ikan Lele
Ikan lele (Clarias genepinus) adalah ikan air tawar dengan tubuh licin tidak bersisik, memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dari busur insang, serta terdapat sepasang patil atau tulang yang tajam pada sirip-sirip dadanya dan empat pasang sungut peraba (barbels) yang berguna untuk bergerak di air yang gelap. Menurut Foline et al. (2011), ikan lele memiliki kandungan air 78.70%, protein 16.24%, karbohidrat 0.92%, lemak 0.50%, mineral 1,33%, dan nitrogen free extract sebanyak 2.31%. Nutrisi yang terdapat pada ikan lele membuat ikan lele dapat ditumbuhi oleh mikroba. Mikroba tumbuh membutuhkan makanan berupa air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen (Jawetz 2001). Dengan demikian, nutrisi ikan lele secara umum sudah mengandung nutrisi yang diperlukan mikroba untuk tumbuh. Selain itu, aktivitas air pada daging ikan yang segar berkisar antara 0.91-0.94 sehingga sangat optimal untuk tempat pertumbuhan mikroorganisme terutama bakteri. Pertumbuhan dan metabolisme bakteri menyebabkan kerusakan pada ikan yang menghasilkan senyawa amina, amina biogenic, asam organic, alcohol, aldehid, dan keton dengan rasa dan aroma tidak sedap (Gram dan Dalgaard 2002).
Bakteri yang dapat tumbuh pada ikan lele diantaranya adalah Pseudomonas reactans, Pseudomonas grimontii, Pseudomonas fluorescens, Shewanella profunda, Shewanella putrefaciens, Shewanella baltica, Pseudomonas fragi, Pseudomonas reactans, Pseudomonas grimontii, Pseudomonas fluorescens, Shewanella profunda, Shewanella putrefaciens, Pseudomonas fragi, Myroides marinus, Pseudomonas auricularis, Pseudomonas poae, Pseudomonas gessardii, Pseudomonas fluorescens, Pseudomonas gessardii, Pseudomonas fluorescens, Bacillus aryabhattai, Pseudomonas veronii, Pseudomonas oryzihabitans, Pseudomonas marginalis, Rahnella aquatilis, Aeromonas veronii, Aeromonas hydrophila, Bacillus thuringiensis, Bacillus cereus, Bacillus thuringiensis, Bacillus cereus, Enterobacter asburiae, dan Enterobacter cloacae (Maull et al. 2012). Bakteri Aeromonas sp. pada ikan lele dapat menyebabkan luka seperti borok pada kulit, luka kemerahan pada mulut, mata menonjol, bagian perut yang membengkak, serta warna ginjal yang berubah warna dan membengkak (Rejeki et al. 2016). Bukan hanya itu, bakteri Aeromonas hydrophila dapat menyebabkan hemoragi pada arcus insang serta pada organ hati mengalami hemoragi, edema, dan nekrosis (Asniatih et al. 2013).


Daftar Pustaka

Asniatih, Idris M, Sabilu K. 2013. Studi histopatologi pada ikan lele dumbo (Claria gariepinus) yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3(12) : 13-21.
Foline OF, Rachael AM, Iyabo BE and Fidelis AE. 2011. Proximate composition of catfish (Clarias gariepinus) smoked in Nigerian stored products research institute (NSPRI): Developed kiln. Journal of Fisheries and Aquaculture. 3(5) : 96-98.
Gram L, Dalgaard P. 2002. Fish spoilage bacteria – problems and solutions. Current Opinion in Biotechnology.13(3) : 262-266.
Maull KD, Hickey ME, Lee Jl . 2012. The study and identification of bacterial Spoilage species isolated from catfish during refrigerated storage. Journal Food Processing Technology. 11(3) : 1-5.
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta (ID) : Salemba Medika.
Rejeki S, Triyanto, Murwantoko. 2016. Isolasi dan identifikasi bakteri Aeromonas sp. dari lele dumbo (Clarias sp.) di Kabupaten Ngawi. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada. 18(2) : 56-60.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar