Kamis, 30 Juli 2020

Contoh Skenario Film Jangan Keluar Garis


Jika ingin mengambil naskah ini mohon ijin dulu ya.. 

JANGAN KELUAR GARIS
By : Fina Siliyya

Premis
            Seorang anak yang menyukai seni teater tetapi keinginannya tidak diizinkan keluarga.

Sinopsis
            Novita (18), siswa SMA tingkat akhir mengalami kebimbangan akan kelanjutan studinya. Kesenangannya dengan seni teater serta cita-cita untuk menguasai pertelevisian dirasa akan mampu membuatnya menguasai dunia ini dengan mudah. Tidak semulus yang dikirakan, mereka yang membermsamai Novita sedari kelahiran tidak sudi dengan keinginan Novita, terlebih mendalami ilmu teater dan masuk ke dalam dunia perguruan tinggi seni yang dikira akan membuat Novita hidup layaknya seniman yang tak jelas menimbang nilai akan suatu hal.

Skenario
1.      INT. – KAMAR NOVITA – PAGI HARI
Novita bersiap di depan cermin merapikan pakaian yang dikenakannya. Kemudian ia meraih jam tangan yang berada di atas meja lebih tepatnya terletak persis di depan foto keluarga dengan tempat foto yang bediri di atas meja. Tas yang tergantung di samping ranjang ia raih dan tangannya memasukkan beberapa alat kosmetik kedalamnya.
CUT TO :

2.      EXT. – JALANAN – PAGI HARI
Suasana jalanan desa di pagi hari tidak seramai jalanan kota, hanya terdengar kicauan burung. Ziya mengendarai sepeda motor lengkap dengan mengenakan helm dan jaket. Motor ziya melaju dan sampailah ziya di depan rumah Novita. Ziya membunyikan klakson motor dan diikuti suara Novita dari dalam rumah.
NOVITA
“Sebentar…” (suara Novita keras)
Tak lama, Novita keluar dari rumah sembari menenteng helm dan mendekati Ziya.
ZIYA
“Sudah siap?”
NOVITA
“Sudah, cepatlah, sebentar lagi Ayah pulang dari mushala.” (Novita mengenakan helm)
ZIYA
“Siap.. ayo Neng” (Ziya tertawa kecil)
Novita menaiki motor Ziya. Motor pun melaju meninggalkan rumah Novita.
CUT TO :

3.      INT. – TEMPAT LATIHAN TEATER – PAGI HARI
Novita dan Ziya memasuki gedung latihan teater, keduanya mendekati perkumpulan orang yang sedang asik berbincang sembari tertawa. Kemuadian mereka saling bersalam dengan gaya khas yang mereka ciptakan sendiri. Novita mendekati pelatih teater mantra (lelaki berambut panjang dengan gelungan rambut khas dan berpakaian unik ala seniman biasa dpanggil Bunda oleh anak binaan teaternya) yang sedang duduk sendirian persis di tengah ruangan. Novita dan Bunda bersalam dengan gaya khas.
NOVITA
“Bunda masih pagi sudah melamun, hati-hati Bun, ada setan lewat.” (nada meledek)
BUNDA
“Alah, kau ini. Pura-pura nggak pernah nglamun pagi saja.” (keduanya tertawa) “Bagaimana nasib mu?”
NOVITA
“Nasib ku selalu bahagia Bunda, semoga Bunda juga bahagia terus ya.”
BUNDA
“Akting kamu kurang jago Vita, terlalu naif kalau akting di depan guru aktingmu. Sudahlah, cerita saja. Orang tua sudah mengizinkan?”
NOVITA
“Entahlah, seperti biasanya. Aku menjelaskan dan mereka pun menjelaskan.”
BUNDA
“Menjelaskan?”
NOVITA
“Iya, aku sudah minta izin untuk ikut lomba besok. Dan mereka sudah membolehkan.” (dengan nada yang melemah)
BUNDA
“Bagus dong, kamu bisa ikutan.”
NOVITA
“Bagus Bun, tapi sepertinya lomba ini jadi lomba yang terakhir.”
BUNDA
“Tidak Novita, orang tua mu tidak bisa melarang apa-apa yang anaknya kehendaki. Kita ini bukan hanya seorang anak, kita juga manusia, berhak menentukan pilihan hidup kita sendiri.” (Novita diam saja) “Ada seni yang harus kamu lakonkan di hadapan orang tua, Bunda yakin ini akan berhasil.”
NOVITA
“Benarkah?” (memandang wajah Bunda)
BUNDA
“Benar, nanti bunda ajari. Yuk mulai latihan buat lomba besok dulu.”
NOVITA
“Ok Bunda, aku percaya.”
Novita dan Bunda mendekati teman-teman yang sedang berkumpul. Kemudian mereka membentuk lingkaran.
BUNDA
“Selamat pagi teman-teman. Besok kita sudah lomba. Hari ini kalian pemanasan dan senam wajah dulu, dilanjut ganti kostum dan langsung latihan tiga kali, setelah itu kita coba membayangkan dan melakonkan pentas di hari besok.”
Mereka melakukan instruksi yang diberikan oleh bunda.
FIDE OUT :

4.      INT. – RUMAH NOVITA –  MALAM HARI
Ayah dan Ibu Novita merasa cemas karena Novita belum kunjung pulang. Jam menunjukkan pukul 19.30 WIB Ibu mondar mandir di ruang depan sesekali ketika ada suara motor mendekat rumahnya ia membuka korden jendela. Ayah mendekati Ibu dari ruang belakang.
AYAH
“Sudah Bu, duduk dulu.” (Ibu menurut, ia duduk di sofa ruang depan)
IBU
“Yah, kenapa ya Novita belum pulang, apa dia baik-baik saja?”
AYAH
“Itulah Bu, kenapa Ayah tegas melarang Novita ikut-ikutan acara itu.”
IBU
“Ibu percaya Yah, kalau Novita itu anak yang baik, dia juga Insyaa Allah bisa menjaga diri, dia punya ilmu silat, pergi juga bareng Ziya, Insyaa Allah Ziya juga anak yang baik.” (Ibu mendekati Ayah yang berdiri di pintu antara ruang depan dan ruang tengah)
AYAH
“Bukan ayah nggak percaya Bu, dunia luar saat ini nggak sebaik apa yag ibu pikirkan. Ayah tahu benar bagaimana kondisi muda mudi saat ini. Ayah takut saja, Novita tidak taat dengan syariat.”
IBU
“Ayah ini bagaimana, sudahlah Yah, kita sudah sepakat dengan Novita, dia boleh ikutan sampai lomba besok.”
AYAH
“Iya Bu, tapi tetap saja hari ini hari esok dan hari selanjutnya, Ayah takut Novita tergiur dengan dunia luar. Novita masih labil, belum bisa ….” (terdengar teriakan Adik)
ADIK
“Ayah…. Ada telfon dari Kak Novita.” (Adik berlari menuju Ayah dan Ibu)
IBU
“Dek, tolong dikersin ya suara HP-nya biar Ibu bisa dengar juga.” (adik mengeraskan volume suara dan memberikan HP tersebut kepada Ayah)
AYAH
Assalamualaikum.”
NOVITA
Waalaikumussalam.. Ayah, malam ini Novita nginep di sekolah ya. Maaf baru ngabarin, Novita baru selesai latihan. Doakan Novita dan teman-teman ya Yah.. semoga lomba besok sekolah Novita bisa juara satu.”
AYAH
“Ya sudah.. Hati-hati ya, berdoalah kepada Allahh. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kehidupan mu.”
NOVITA
“Baik Yah, Insyaa Allah. Mohon sampaikan salam Novita untuk Ibu dan Adik ya Yah..”
AYAH
“Iya, Insyaa Allah. Assalaimualaikum
NOVITA
Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.” (Suara telfon terputus)
IBU
Alhamdulillah, Novita baik-baik saja.”
AYAH
Alhamdulillah.”
DISSOLVE TO :

5.      EXT. – DEPAN GEDUNG LATIHAN – MALAM HARI
Novita duduk sendiri sembari menyaksikan indahnya suasana malam di sekolah. Suara jangkrik dan sinar rembulan membersamai Novita dalam lamunan. Ziya mendekati Novita yang sedari tadi memperhatikan gerak Novita dari pintu gedung.
ZIYA
“Boleh gabung nggak?”
NOVITA
“Eh, Ziya. Sinilah biar aku nggak jomblo.” (Ziya kemudian duduk disamping Novita)
ZIYA
“Novita, kita bakal lanjut bareng ke ISI-kan? Kapan ni kita mulai latihan monolog untuk tes masuknya.”
NOVITA
“Emmm.. ujian nasional seminggu lagi Ziya, kita belajar mata pelajaran dulu saja ya mulai besok.”
ZIYA
“Tumben ni, mau belajar mapel ujian.”
NOVITA
“Iya Ziya, sudah seminggu lagi, masih banyak materi yang harus aku pahami. Terlebih kimia.”
ZIYA
“Ok. Besok-besok kita belajar untuk UN dulu, habis UN kita musti belajar monolog sama Bunda ya.” (Novita mengangguk)
NOVITA
“Ziya, kamu liat Bunda nggak? Dari sehabis latihan, aku nggak lihat Bunda.”
ZIYA
“Tadi aku liat Bunda di depan gudang belakang, kayaknya nyiapin kostum kamu buat besok.”
NOVITA
“Kasian ya Bunda, sampai segitunya ngusahain kostum aku yang aneh itu. Ziya, aku ke Bunda dulu ya..” (Novita beranjak dari duduknya)
CUT TO :

6.      EXT. – DEPAN GUDANG BELAKANG SEKOLAH – MALAM HARI
Suasana malam nampak membuat gudang tanpak agak seram dengan pencahayaan lampu bohlam yang tergantung di pojok langit-langit gudang. Bunda sedang menyobek-nyobek baju oblong sembari melumuri baju itu dengan chat warna merah dan lumpur tanah. Kedatangan Novita diketahui Bunda, kaki Novita menyampar sebuah kaleng cat. Memang benar, di depan Gudang ada banyak kaleng-kaleng bekas cat yang tertumpuk.
BUNDA
“Novita, belum tidur?”
NOVITA
“Maaf ya Bun, gara-gara aku Bunda jadi ngerjain kostum yang bakal aku pakai besok.”
BUNDA
“Ah, ini sudah menjadi tugas Bunda. Bunda ingin kalian tampil yang terbaik untuk besok.”
NOVITA
“Bunda, maaf ya. Aku takut kalau besok jadi pentas terakhir aku.”
BUNDA
“Tidak Novita, tidak akan. Hidup ini kita selalu berlakon, kecuali kalau sudah mati.” (sembari menggerakkan kuas di tangan untuk mewarnai kain yang ada di hadapannya)
NOVITA
“Maksud Bunda?”
BUNDA
“Iya Novita, panggung yang sebenarnya adalah kehidupan, kau bebas berlakon dalam panggung itu, kau bebas menentukan mana yang akan kamu lakukan dan apa yang menjadi pilihanmu.” (Bunda menjemur kain di sebilah bambu yang tersandar di depan gudang) “Lihatlah kain ini Novita, kain ini bukanlah makhluk hidup. Ia bebas diperbuat oleh tuanya, karena keadaan dia terserah pemiliknya. Berbeda dengan manusia, mahluk hidup dengan segala kebutuhan jasmani dan nalurinya perlu di penuhi. Pun terserah akalnya, jika kita ingin bahagia, maka berpikirlah agar kita bahagia, lakukanlah apa yang sekiranya membuat kita mencapainya.”
NOVITA
“Kalau Orang tua tidak ridha bagaimana?”
BUNDA
“Orang tua tidak sepenuhnya bisa mengerti kebahagiaan anaknya, karena akal seorang ayah, ibu, dan anak itu masing-masing. Tidak ada kabel penghubung diantara tigak akal itu. Berbeda itu wajar, tapi untuk menyamakan akal  menjadi sama persis itu rasanya tidak mungkin.”
NOVITA
“Bun, aku ingin berbakti kepada Orang tua, aku tidak ingin berdosa.”
BUNDA
“Yang tahu dosa atau tidak bukanlah orang tua kamu, hanya Tuhan dan kamu yang tahu. Tuhan itu lebih dekat dari urat nadi, Tuhan akan selalu ada bersama setiap orang. Jangan takut. Sudah larut, ayo kita kembali ke ruangan. Besok kita musti ada banyak tenaga.” (Novita mengangguk. Keduanya meninggalkan gudang).
FIDE IN :

7.      INT. – RUANG PERLOMBAAN – SIANG HARI
Suasana ramai terlihat di ruang lomba. Dipenuhi antusias dan tepuk tangan para penonton. Setiap kelompok yang mengikuti perlombaan maju pentas secara bergilir hingga selesai. Setibanya selesai, ketiga juri berdiskusi untuk menentukan pemenang. Sorak sorai berubah menjadi keheningan yang menegangkan.
JURI 1
“Saya mewakili pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan merasa sangat senang dan sangat takjub menyaksikan adek-adek pentas. Namun, saya tetap harus menentukan kelompok terbaik yang menjadi juara pertama. Juara pertama akan mendapatkan beasiswa dan akan diantar langsung oleh pihak dinas untuk bisa melanjutkan belajar di perguruan tinggi seni yang ada di Indonesia jika adek-adek juara pertama menginginkannya. Dengan berat hati, saa akan mengumumkan juara. Juara tiga diraih oleh….. teater warna. Juara dua diraih oleh teater…… lentera, dan juara peratama diraih oleh teater…… mantra. Kepada para juara dipersilahkan untuk maju ke depan.”
Seluruh juara maju kedepan, saling berpelukan, saling menyampaikan salam, dan berfoto bersama.
DISSOLVE TO :

8.      INT. – RUMAH NOVITA – MALAM HARI
Novita duduk di sofa ruang tengah sembari menunggu kepulangan ayah dan ibu dari mushala. Jam dinding masih menunjuk angka 19.00 WIB, artinya lima belas berselang ayah dan ibu pulang. Novita memainkan ponsel sembari membuka foto yang menggambarkan dia juara lomba sembari berpikir bagaimana meyakinkan orang tuanya untuk mengikhlaskan Novita mengambil beasiswa untuk kuliah seni. Tak lama, terdengar suara pintu yang terbuka
PAK RT
Assalamualaikum..” (dengan suara tergesa-gesa)
NOVITA
(Novita keluar menghampiri pintu) “Waalaikumussalam, ada apa Pak RT. Ayah dan Ibu ada di mushala”
PAK RT
“Dek Novita, Pak Ustad … Pak Ustad di masjid …. Pak Ustad meninggal Dek.”
NOVITA
“Apa? Ayah meninggal? Nggak mungkin Pak RT. Ibu saya dimana Pak?” (Novita kaget)
PAK RT
“Ibu masih di mushala. Ibu pingsan Dek.”
NOVITA
“Pak RT, kenapa bisa begitu Paka? Ayah dan Ibu pasti baik-baik saja.” (Novita bergegas menuju mushala)
CUT TO :

9.      INT. – MUSHALA – MALAM HARI
Terlihat kerumunan jamaah, telihat beberapa orang yang sedang menangis. Novita lari mendekati kerumunan. Para jamaah yang mnyaksikan menyisihkah ruang agar Novita bisa mendekati jasad ayahnya.
NOVITA
“Ayah… Ayah.. bangun ayah.. Novita sudah pulang Yah..” (Novita menggerak-gerakkan tubuh ayah) “Yah… ayo kita pulang ke rumah Yah.. Novita tadi dapat juara satu Yah..” (tubuh ayah masih saja tergeletak, Novita memegang urat leher ayah dan tidak dirasakan adanya denyut kehidupan) “Ayah…” (Novita menangis sejadinya)
PAMAN
“Sabar Novita, (Paman mengelu pundak Novita) Ayah sudah tenang bersama Allah. Insyaa Allah Ayah masuk surga Vita. Ayah sudah tenang, Ayah Vita meninggal ketika membaca surat Al-Fatihah, tiba-tiba tubuhnya terjatuh dan langsung meninggal.”
NOVITA
“Tidak Paman, Vita nggak mau ayah meninggal sekarang.. Ayah, ayo bangun Ayah..” (menggerak-gerakkan tubuh Ayah)
Paman membawa Vita keluar dari mushala.
FIDE OUT :

10.  INT. – KAMAR NOVITA – PAGI HARI
Terlihat Novita sedang tertidur. Paman dan adik menunggui bangunnya Novita. Ibu yang sudah tampak ikhlas mendekati Novita. Kemudian ibu mengelus kepala Novita sembari berbisik
IBU
“Novita, bangun. Ayah sudah siap diantar ke tempat istirahat. Novita mau melihat Ayah dulu nggak?” (tangan ibu terus mengusap kepala Novita)
NOVITA
(Novita terbangun, sontak menangis dan memeluk tubuh ibunya) “Ibu.. Ayah mana Bu? Novita mau minta maaf sama Ayah.” (ibu menenangkan Novita)
IBU
“Ayah ada di ruang depan Nak, ayo Ibu antar Novita ketemu Ayah.” (ibu membantu Novita bangun dari ranjang dan kelar dari kamar, diikuti paman dan adik)
CUT TO :

11.  INT. – RUANG DEPAN – PAGI HARI
Ibu, Novita, adik dan paman mendekati jasad ayah. Novita dengan penuh sesal dan tumpahan air mata membuka sehelai kain putih yang menutupi wajah ayah. Novita semakin tidak kuasa menahan tangisanya. Ibu berusaha menenangkan dan menguatkan Novita.
NOVITA
Assalamualaikum Ayah.. Novita minta maaf. Novita sudah tidak menurut dengan perkataan Ayah. Novita sudah durhaka kepada Ayah. Novita sayang sama Ayah. Maafin Novita ya Yah, Novita Insyaa Allah akan menuruti permintaan Ayah. Ayah yang bahagia ya Yah. Semoga Novita bisa menemani Ayah di surga. Novita nggak mau masuk neraka Yah.. Novita takut kalo Allah benci sama Novita.”
IBU
“Sudah Novita, biarkan Ayah tenang yah. Semakin cepat dimakamkan akan semakin baik. Novita sudah ikhlaskah? Insyaa Allah, Allah akan memberikan hikmah atas meninggalnya Ayah.” (Ibu mengusap air mata Novita, kemudian Novita mencium Ayah dan menutup kembali wajah Ayah dengan kain putih)
Ibu memberikan sinyal kepada sanak sodara yang berada di tempat untuk segera menguburkan jasad Ayah.
CUT TO :

12.  EKT. – DEPAN RUMAH NOVITA – PAGI HARI
Terlihat keranda keluar dari pintu rumah, kemudian disaksikan warga menuju pemakaman.

13.  EXT. - PEMAKAMAN – PAGI HARI
Suasana pemakaman ayah Novita terlihat tampak keikhlasan. Sekali dua kali terlihat wajah Novita dan adik Novita meneteskan air mata.
FIDE IN :

14.  INT. – RUANG TENGAH RUMAH NOVITA – SORE HARI
Novita dan adik terlihat sedang duduk membuka-buka catatan-catatan Ayah.
ADIK
“Kak, ada pesan dari Ayah. Kata Ayah, Ayah akan senang jika Kakak menemui Bulik, Insyaa Allah kakak akan tahu kenapa Ayah melarang kakak.”
NOVITA
“Iya dik, kakak tahu. Bulik sepertinya paham benar dengan apa yang seharusnya Kakak lakukuan. Insyaa Allah Kakak akan menemui Bulik.”
ADIK
“Kak, sebenarya Bulik sudah pulang dari Bogor tadi siang, Bulik ada di kamar belakang. Mungkin sedang istirahat.”
Novita beranjak dari ruang depan.
CUT TO :
15.  INT. – RUANG KAMAR – SORE HARI
Novita mendatangi kamar belakang, tampak bulik yang nampak sedang membaca buku lantaran pintu terbuka.
NOVITA
Assalamualaikum..”
BULIK
Waalaikumussalam, masuk saja Novita.” (Novita memasuki kamar)
NOVITA
“Bulik, apakah ada pesan dari Ayah?”
BULIK
“Benar Novita, ada pesan penting dari Ayah. Sebentar yah..” (Bulik membuka tas dan mengambil buku-buku, kemudian memberikannya kepada Novita) “Ini buku tulisan Bulik, isinya tentang kisah hidup Bulik.”
NOVITA
“Bulik penulis buku? Novita baru tahu kalau bulik seorang penulis.”
BULIK
“Bukan apa-apa Novita, ini tulisan tentang apa yang Bulik tahu. Novita tahu, kalau Bulik pun dulu pernah belajar di perguruan tinggi seni sampai lulus. Bulik tahu benar apa yang dipikirkan Ayah Novita dengan masa depan Novita, Ayah tidak ingin Novita menjadi manusia yang lalai dengan syariat Allah, tahu syariat tapi tidak melakukan.”
NOVITA
“Sebenarnya Novita tahu Bulik, alasan Ayah melarang Novita. Ada banyak hal yang Novita lakukan walau Novita tahu bahwa ini tidak dibenarkan, misalnya buka aurat, interaksi berlebih dengan lawan jenis secara berlebih, dan masih banyak lagi.”
BULIK
Maasyaa Allah.. ternyata Novita sudah tahu. Lantas kenapa Novita masih mau melakukannya?
NOVITA
“Itu dia yang sulit Bulik, Pelatih teaterku mengatakan bahwa setiap manusia dikaruniai akal oleh Tuhan, dan berhak menentukan apa-apa yang kita lakukan.”
BULIK
“Novita, kita ini Islam, punya syariat dan punya teladan terbaik sepanjang hidup, Nabi Muhammad SAW. standar bahagia yang dimaksudkan pun harus sesuai dan dibenarkan menurut syariat Islam. Artinya boleh melakukan suatu apa pu, kecuali ada dalil yag melarangnya.”
NOVITA
“Emmm… Kalau berkesenian itu boleh atau dilarang?”
BULIK
“Boleh saja, selama kesenian yang dimaksudkan tidak melanggar syariat. Dahulu ada Walisanga, mereka menyebarkan Islam di Indonesia dan dapat diterima secara baik oleh masyarakat, salah satu uslub yang mereka gunakan ya dengan kesenian.”
NOVITA
“Bulik benar, Sunan Kalijaga dulu pakai Wayang, melakonkan wayang dalam rangka dakwah, dan Walisanga lain pun juga menggunakan seni dalam dakwah.”
BULIK
“Benar Novita. Dakwah tidak harus langsung dengan dibacakan Al-Quran dan Hadis, tapi perlu pendekatan dan penyampaian dengan kata-kata yang terbaik.”
NOVITA
“Bulik, artinya Novita pun bisa dakwah dengan memanfaatkan potensi Novita di bidang seni?”
BULIK
“Iya. Insyaa Allah Novita akan jadi pendakwah yang disayang Allah dan masyarakat.”
NOVITA
“Apa yang harus Novita lakukan Bulik?
BULIK
“Novita bisa mulai ngaji sama Bulik, insyaa Allah nanti Allah akan memberikan pemahaman kepada Novita dengan ilmu-ilmu Allah yang dikehendaki.”
NOVITA
“Novita baiknya lanjut kuliah kemana Bulik?”
BULIK
Insyaa Allah Novita, Allah akan menunjukkan dan menempatkan Novita di tempat yang terbaik. Mudah-mudahan kita menjadi pejuang Islam yang bisa menyadarkan masyarakat pentingnya penerapan syariat Islam dalam berkehidupan.”
NOVITA
Insyaa Allah Bulik, semoga Allah meridhai apa yang kita lakukan. Semoga aku bisa berkumpul dengan Ayah di surga, terlebih semoga kita umat Islam bisa bertemu dan berkumpul bersama Nabi Muhammad SAW. Aamiin
BULIK
Aamiin..”
Kini intensif mengaji berharap Allah ridha dengan aktivitasnya yang sekarang.
***SELESAI***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar