Jika ingin mengambil naskah ini mohon ijin dulu ya..
JANGAN KELUAR GARIS
By : Fina Siliyya
Premis
Seorang anak yang menyukai seni teater
tetapi keinginannya tidak diizinkan keluarga.
Sinopsis
Novita (18), siswa SMA tingkat akhir
mengalami kebimbangan akan kelanjutan studinya. Kesenangannya dengan seni
teater serta cita-cita untuk menguasai pertelevisian dirasa akan mampu
membuatnya menguasai dunia ini dengan mudah. Tidak semulus yang dikirakan,
mereka yang membermsamai Novita sedari kelahiran tidak sudi dengan keinginan
Novita, terlebih mendalami ilmu teater dan masuk ke dalam dunia perguruan
tinggi seni yang dikira akan membuat Novita hidup layaknya seniman yang tak
jelas menimbang nilai akan suatu hal.
Skenario
1.
INT. – KAMAR NOVITA – PAGI HARI
Novita bersiap
di depan cermin merapikan pakaian yang dikenakannya. Kemudian ia meraih jam
tangan yang berada di atas meja lebih tepatnya terletak persis di depan foto
keluarga dengan tempat foto yang bediri di atas meja. Tas yang tergantung di
samping ranjang ia raih dan tangannya memasukkan beberapa alat kosmetik
kedalamnya.
CUT TO :
2.
EXT. – JALANAN – PAGI HARI
Suasana jalanan
desa di pagi hari tidak seramai jalanan kota, hanya terdengar kicauan burung. Ziya
mengendarai sepeda motor lengkap dengan mengenakan helm dan jaket. Motor ziya
melaju dan sampailah ziya di depan rumah Novita. Ziya membunyikan klakson motor
dan diikuti suara Novita dari dalam rumah.
NOVITA
“Sebentar…” (suara Novita keras)
Tak lama, Novita keluar dari rumah sembari menenteng
helm dan mendekati Ziya.
ZIYA
“Sudah siap?”
NOVITA
“Sudah, cepatlah, sebentar lagi Ayah pulang dari mushala.”
(Novita mengenakan helm)
ZIYA
“Siap.. ayo Neng” (Ziya tertawa kecil)
Novita menaiki
motor Ziya. Motor pun melaju meninggalkan rumah Novita.
CUT TO :
3.
INT. – TEMPAT LATIHAN TEATER – PAGI HARI
Novita dan Ziya memasuki gedung latihan teater,
keduanya mendekati perkumpulan orang yang sedang asik berbincang sembari
tertawa. Kemuadian mereka saling bersalam dengan gaya khas yang mereka ciptakan
sendiri. Novita mendekati pelatih teater mantra (lelaki berambut panjang dengan
gelungan rambut khas dan berpakaian unik ala seniman biasa dpanggil Bunda oleh
anak binaan teaternya) yang sedang duduk sendirian persis di tengah ruangan. Novita
dan Bunda bersalam dengan gaya khas.
NOVITA
“Bunda masih pagi sudah melamun, hati-hati Bun, ada
setan lewat.” (nada meledek)
BUNDA
“Alah, kau ini. Pura-pura nggak pernah nglamun pagi
saja.” (keduanya tertawa) “Bagaimana nasib mu?”
NOVITA
“Nasib ku selalu bahagia Bunda, semoga Bunda juga
bahagia terus ya.”
BUNDA
“Akting kamu kurang jago Vita, terlalu naif kalau akting
di depan guru aktingmu. Sudahlah, cerita saja. Orang tua sudah mengizinkan?”
NOVITA
“Entahlah, seperti biasanya. Aku menjelaskan dan
mereka pun menjelaskan.”
BUNDA
“Menjelaskan?”
NOVITA
“Iya, aku sudah minta izin untuk ikut lomba besok. Dan
mereka sudah membolehkan.” (dengan nada yang melemah)
BUNDA
“Bagus dong, kamu bisa ikutan.”
NOVITA
“Bagus Bun, tapi sepertinya lomba ini jadi lomba yang
terakhir.”
BUNDA
“Tidak Novita, orang tua mu tidak bisa melarang
apa-apa yang anaknya kehendaki. Kita ini bukan hanya seorang anak, kita juga
manusia, berhak menentukan pilihan hidup kita sendiri.” (Novita diam saja)
“Ada seni yang harus kamu lakonkan di hadapan orang tua, Bunda yakin ini akan
berhasil.”
NOVITA
“Benarkah?” (memandang wajah Bunda)
BUNDA
“Benar, nanti bunda ajari. Yuk mulai latihan buat
lomba besok dulu.”
NOVITA
“Ok Bunda, aku percaya.”
Novita dan Bunda
mendekati teman-teman yang sedang berkumpul. Kemudian mereka membentuk
lingkaran.
BUNDA
“Selamat pagi teman-teman. Besok kita sudah lomba.
Hari ini kalian pemanasan dan senam wajah dulu, dilanjut ganti kostum dan
langsung latihan tiga kali, setelah itu kita coba membayangkan dan melakonkan
pentas di hari besok.”
Mereka melakukan
instruksi yang diberikan oleh bunda.
FIDE OUT :
4.
INT. – RUMAH NOVITA –
MALAM HARI
Ayah dan Ibu
Novita merasa cemas karena Novita belum kunjung pulang. Jam menunjukkan pukul
19.30 WIB Ibu mondar mandir di ruang depan sesekali ketika ada suara motor
mendekat rumahnya ia membuka korden jendela. Ayah mendekati Ibu dari ruang
belakang.
AYAH
“Sudah Bu, duduk dulu.” (Ibu menurut, ia duduk di
sofa ruang depan)
IBU
“Yah, kenapa ya Novita belum pulang, apa dia baik-baik
saja?”
AYAH
“Itulah Bu, kenapa Ayah tegas melarang Novita
ikut-ikutan acara itu.”
IBU
“Ibu percaya Yah, kalau Novita itu anak yang baik, dia
juga Insyaa Allah bisa menjaga diri, dia punya ilmu silat, pergi juga bareng
Ziya, Insyaa Allah Ziya juga anak yang baik.” (Ibu mendekati Ayah yang
berdiri di pintu antara ruang depan dan ruang tengah)
AYAH
“Bukan ayah nggak percaya Bu, dunia luar saat ini
nggak sebaik apa yag ibu pikirkan. Ayah tahu benar bagaimana kondisi muda mudi
saat ini. Ayah takut saja, Novita tidak taat dengan syariat.”
IBU
“Ayah ini bagaimana, sudahlah Yah, kita sudah sepakat
dengan Novita, dia boleh ikutan sampai lomba besok.”
AYAH
“Iya Bu, tapi tetap saja hari ini hari esok dan hari
selanjutnya, Ayah takut Novita tergiur dengan dunia luar. Novita masih labil,
belum bisa ….” (terdengar teriakan Adik)
ADIK
“Ayah…. Ada telfon dari Kak Novita.” (Adik berlari
menuju Ayah dan Ibu)
IBU
“Dek, tolong dikersin ya suara HP-nya biar Ibu bisa
dengar juga.” (adik mengeraskan volume suara dan memberikan HP tersebut
kepada Ayah)
AYAH
“Assalamualaikum.”
NOVITA
“Waalaikumussalam.. Ayah, malam ini Novita
nginep di sekolah ya. Maaf baru ngabarin, Novita baru selesai latihan. Doakan
Novita dan teman-teman ya Yah.. semoga lomba besok sekolah Novita bisa juara
satu.”
AYAH
“Ya sudah.. Hati-hati ya, berdoalah kepada Allahh.
Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kehidupan mu.”
NOVITA
“Baik Yah, Insyaa Allah. Mohon sampaikan salam Novita
untuk Ibu dan Adik ya Yah..”
AYAH
“Iya, Insyaa Allah. Assalaimualaikum”
NOVITA
“Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.” (Suara
telfon terputus)
IBU
“Alhamdulillah, Novita baik-baik saja.”
AYAH
“Alhamdulillah.”
DISSOLVE TO
:
5.
EXT. – DEPAN GEDUNG LATIHAN – MALAM HARI
Novita duduk
sendiri sembari menyaksikan indahnya suasana malam di sekolah. Suara jangkrik
dan sinar rembulan membersamai Novita dalam lamunan. Ziya mendekati Novita yang
sedari tadi memperhatikan gerak Novita dari pintu gedung.
ZIYA
“Boleh gabung nggak?”
NOVITA
“Eh, Ziya. Sinilah biar aku nggak jomblo.” (Ziya
kemudian duduk disamping Novita)
ZIYA
“Novita, kita bakal lanjut bareng ke ISI-kan? Kapan ni
kita mulai latihan monolog untuk tes masuknya.”
NOVITA
“Emmm.. ujian nasional seminggu lagi Ziya, kita
belajar mata pelajaran dulu saja ya mulai besok.”
ZIYA
“Tumben ni, mau belajar mapel ujian.”
NOVITA
“Iya Ziya, sudah seminggu lagi, masih banyak materi
yang harus aku pahami. Terlebih kimia.”
ZIYA
“Ok. Besok-besok kita belajar untuk UN dulu, habis UN
kita musti belajar monolog sama Bunda ya.” (Novita mengangguk)
NOVITA
“Ziya, kamu liat
Bunda nggak? Dari sehabis latihan, aku nggak lihat Bunda.”
ZIYA
“Tadi aku liat Bunda di depan gudang belakang,
kayaknya nyiapin kostum kamu buat besok.”
NOVITA
“Kasian ya Bunda, sampai segitunya ngusahain kostum
aku yang aneh itu. Ziya, aku ke Bunda dulu ya..” (Novita beranjak dari
duduknya)
CUT TO :
6.
EXT. – DEPAN GUDANG BELAKANG SEKOLAH – MALAM HARI
Suasana malam
nampak membuat gudang tanpak agak seram dengan pencahayaan lampu bohlam yang
tergantung di pojok langit-langit gudang. Bunda sedang menyobek-nyobek baju
oblong sembari melumuri baju itu dengan chat warna merah dan lumpur tanah.
Kedatangan Novita diketahui Bunda, kaki Novita menyampar sebuah kaleng cat.
Memang benar, di depan Gudang ada banyak kaleng-kaleng bekas cat yang
tertumpuk.
BUNDA
“Novita, belum tidur?”
NOVITA
“Maaf ya Bun, gara-gara aku Bunda jadi ngerjain kostum
yang bakal aku pakai besok.”
BUNDA
“Ah, ini sudah menjadi tugas Bunda. Bunda ingin kalian
tampil yang terbaik untuk besok.”
NOVITA
“Bunda, maaf ya. Aku takut kalau besok jadi pentas
terakhir aku.”
BUNDA
“Tidak Novita, tidak akan. Hidup ini kita selalu
berlakon, kecuali kalau sudah mati.” (sembari menggerakkan kuas di tangan
untuk mewarnai kain yang ada di hadapannya)
NOVITA
“Maksud Bunda?”
BUNDA
“Iya Novita, panggung yang sebenarnya adalah
kehidupan, kau bebas berlakon dalam panggung itu, kau bebas menentukan mana
yang akan kamu lakukan dan apa yang menjadi pilihanmu.” (Bunda menjemur kain
di sebilah bambu yang tersandar di depan gudang) “Lihatlah kain ini Novita,
kain ini bukanlah makhluk hidup. Ia bebas diperbuat oleh tuanya, karena keadaan
dia terserah pemiliknya. Berbeda dengan manusia, mahluk hidup dengan segala
kebutuhan jasmani dan nalurinya perlu di penuhi. Pun terserah akalnya, jika
kita ingin bahagia, maka berpikirlah agar kita bahagia, lakukanlah apa yang
sekiranya membuat kita mencapainya.”
NOVITA
“Kalau Orang tua
tidak ridha bagaimana?”
BUNDA
“Orang tua tidak sepenuhnya bisa mengerti kebahagiaan
anaknya, karena akal seorang ayah, ibu, dan anak itu masing-masing. Tidak ada
kabel penghubung diantara tigak akal itu. Berbeda itu wajar, tapi untuk
menyamakan akal menjadi sama persis itu
rasanya tidak mungkin.”
NOVITA
“Bun, aku ingin berbakti kepada Orang tua, aku tidak
ingin berdosa.”
BUNDA
“Yang tahu dosa atau tidak bukanlah orang tua kamu,
hanya Tuhan dan kamu yang tahu. Tuhan itu lebih dekat dari urat nadi, Tuhan
akan selalu ada bersama setiap orang. Jangan takut. Sudah larut, ayo kita
kembali ke ruangan. Besok kita musti ada banyak tenaga.” (Novita mengangguk.
Keduanya meninggalkan gudang).
FIDE IN :
7.
INT. – RUANG PERLOMBAAN – SIANG HARI
Suasana ramai
terlihat di ruang lomba. Dipenuhi antusias dan tepuk tangan para penonton.
Setiap kelompok yang mengikuti perlombaan maju pentas secara bergilir hingga
selesai. Setibanya selesai, ketiga juri berdiskusi untuk menentukan pemenang.
Sorak sorai berubah menjadi keheningan yang menegangkan.
JURI 1
“Saya mewakili pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
merasa sangat senang dan sangat takjub menyaksikan adek-adek pentas. Namun,
saya tetap harus menentukan kelompok terbaik yang menjadi juara pertama. Juara
pertama akan mendapatkan beasiswa dan akan diantar langsung oleh pihak dinas
untuk bisa melanjutkan belajar di perguruan tinggi seni yang ada di Indonesia
jika adek-adek juara pertama menginginkannya. Dengan berat hati, saa akan
mengumumkan juara. Juara tiga diraih oleh….. teater warna. Juara dua diraih
oleh teater…… lentera, dan juara peratama diraih oleh teater…… mantra. Kepada
para juara dipersilahkan untuk maju ke depan.”
Seluruh juara maju kedepan, saling berpelukan, saling
menyampaikan salam, dan berfoto bersama.
DISSOLVE TO :
8.
INT. – RUMAH NOVITA – MALAM HARI
Novita duduk di sofa ruang tengah sembari menunggu
kepulangan ayah dan ibu dari mushala. Jam dinding masih menunjuk angka 19.00
WIB, artinya lima belas berselang ayah dan ibu pulang. Novita memainkan ponsel
sembari membuka foto yang menggambarkan dia juara lomba sembari berpikir
bagaimana meyakinkan orang tuanya untuk mengikhlaskan Novita mengambil beasiswa
untuk kuliah seni. Tak lama, terdengar suara pintu yang terbuka
PAK RT
“Assalamualaikum..” (dengan suara
tergesa-gesa)
NOVITA
(Novita keluar menghampiri pintu) “Waalaikumussalam, ada apa Pak RT. Ayah dan Ibu ada
di mushala”
PAK RT
“Dek Novita, Pak Ustad … Pak Ustad di masjid …. Pak
Ustad meninggal Dek.”
NOVITA
“Apa? Ayah meninggal? Nggak mungkin Pak RT. Ibu saya
dimana Pak?” (Novita kaget)
PAK RT
“Ibu masih di mushala. Ibu pingsan Dek.”
NOVITA
“Pak RT, kenapa bisa begitu Paka? Ayah dan Ibu pasti
baik-baik saja.” (Novita bergegas menuju mushala)
CUT TO :
9.
INT. – MUSHALA – MALAM HARI
Terlihat kerumunan
jamaah, telihat beberapa orang yang sedang menangis. Novita lari mendekati
kerumunan. Para jamaah yang mnyaksikan menyisihkah ruang agar Novita bisa
mendekati jasad ayahnya.
NOVITA
“Ayah… Ayah.. bangun ayah.. Novita sudah pulang Yah..”
(Novita menggerak-gerakkan tubuh ayah) “Yah… ayo kita pulang ke rumah
Yah.. Novita tadi dapat juara satu Yah..” (tubuh ayah masih saja tergeletak,
Novita memegang urat leher ayah dan tidak dirasakan adanya denyut kehidupan)
“Ayah…” (Novita menangis sejadinya)
PAMAN
“Sabar Novita, (Paman mengelu pundak Novita)
Ayah sudah tenang bersama Allah. Insyaa Allah Ayah masuk surga Vita. Ayah sudah
tenang, Ayah Vita meninggal ketika membaca surat Al-Fatihah, tiba-tiba tubuhnya
terjatuh dan langsung meninggal.”
NOVITA
“Tidak Paman, Vita nggak mau ayah meninggal sekarang..
Ayah, ayo bangun Ayah..” (menggerak-gerakkan tubuh Ayah)
Paman membawa Vita keluar dari mushala.
FIDE OUT :
10. INT. – KAMAR
NOVITA – PAGI HARI
Terlihat Novita sedang tertidur. Paman dan adik
menunggui bangunnya Novita. Ibu yang sudah tampak ikhlas mendekati Novita.
Kemudian ibu mengelus kepala Novita sembari berbisik
IBU
“Novita, bangun. Ayah sudah siap diantar ke tempat
istirahat. Novita mau melihat Ayah dulu nggak?” (tangan ibu terus mengusap
kepala Novita)
NOVITA
(Novita terbangun, sontak menangis dan memeluk tubuh
ibunya) “Ibu.. Ayah
mana Bu? Novita mau minta maaf sama Ayah.” (ibu menenangkan Novita)
IBU
“Ayah ada di ruang depan Nak, ayo Ibu antar Novita
ketemu Ayah.” (ibu membantu Novita bangun dari ranjang dan kelar dari kamar,
diikuti paman dan adik)
CUT TO :
11. INT. – RUANG
DEPAN – PAGI HARI
Ibu, Novita, adik dan paman mendekati jasad ayah.
Novita dengan penuh sesal dan tumpahan air mata membuka sehelai kain putih yang
menutupi wajah ayah. Novita semakin tidak kuasa menahan tangisanya. Ibu
berusaha menenangkan dan menguatkan Novita.
NOVITA
“Assalamualaikum Ayah.. Novita minta maaf.
Novita sudah tidak menurut dengan perkataan Ayah. Novita sudah durhaka kepada
Ayah. Novita sayang sama Ayah. Maafin Novita ya Yah, Novita Insyaa Allah
akan menuruti permintaan Ayah. Ayah yang bahagia ya Yah. Semoga Novita bisa
menemani Ayah di surga. Novita nggak mau masuk neraka Yah.. Novita takut kalo
Allah benci sama Novita.”
IBU
“Sudah Novita, biarkan Ayah tenang yah. Semakin cepat
dimakamkan akan semakin baik. Novita sudah ikhlaskah? Insyaa Allah,
Allah akan memberikan hikmah atas meninggalnya Ayah.” (Ibu mengusap air mata
Novita, kemudian Novita mencium Ayah dan menutup kembali wajah Ayah dengan kain
putih)
Ibu memberikan sinyal kepada sanak sodara yang berada
di tempat untuk segera menguburkan jasad Ayah.
CUT TO :
12. EKT. – DEPAN
RUMAH NOVITA – PAGI HARI
Terlihat keranda
keluar dari pintu rumah, kemudian disaksikan warga menuju pemakaman.
13. EXT. - PEMAKAMAN
– PAGI HARI
Suasana
pemakaman ayah Novita terlihat tampak keikhlasan. Sekali dua kali terlihat
wajah Novita dan adik Novita meneteskan air mata.
FIDE IN :
14. INT. – RUANG
TENGAH RUMAH NOVITA – SORE HARI
Novita dan adik
terlihat sedang duduk membuka-buka catatan-catatan Ayah.
ADIK
“Kak, ada pesan dari Ayah. Kata Ayah, Ayah akan senang
jika Kakak menemui Bulik, Insyaa Allah kakak akan tahu kenapa Ayah melarang
kakak.”
NOVITA
“Iya dik, kakak tahu. Bulik sepertinya paham benar
dengan apa yang seharusnya Kakak lakukuan. Insyaa Allah Kakak akan
menemui Bulik.”
ADIK
“Kak, sebenarya Bulik sudah pulang dari Bogor tadi
siang, Bulik ada di kamar belakang. Mungkin sedang istirahat.”
Novita beranjak dari ruang depan.
CUT TO :
15. INT. – RUANG
KAMAR – SORE HARI
Novita mendatangi kamar belakang, tampak bulik yang
nampak sedang membaca buku lantaran pintu terbuka.
NOVITA
“Assalamualaikum..”
BULIK
“Waalaikumussalam, masuk saja Novita.”
(Novita memasuki kamar)
NOVITA
“Bulik, apakah ada pesan dari Ayah?”
BULIK
“Benar Novita, ada pesan penting dari Ayah. Sebentar
yah..” (Bulik membuka tas dan mengambil buku-buku, kemudian memberikannya
kepada Novita) “Ini buku tulisan Bulik, isinya tentang kisah hidup Bulik.”
NOVITA
“Bulik penulis buku? Novita baru tahu kalau bulik
seorang penulis.”
BULIK
“Bukan apa-apa Novita, ini tulisan tentang apa yang
Bulik tahu. Novita tahu, kalau Bulik pun dulu pernah belajar di perguruan
tinggi seni sampai lulus. Bulik tahu benar apa yang dipikirkan Ayah Novita
dengan masa depan Novita, Ayah tidak ingin Novita menjadi manusia yang lalai
dengan syariat Allah, tahu syariat tapi tidak melakukan.”
NOVITA
“Sebenarnya Novita tahu Bulik, alasan Ayah melarang
Novita. Ada banyak hal yang Novita lakukan walau Novita tahu bahwa ini tidak
dibenarkan, misalnya buka aurat, interaksi berlebih dengan lawan jenis secara
berlebih, dan masih banyak lagi.”
BULIK
“Maasyaa Allah.. ternyata Novita sudah tahu.
Lantas kenapa Novita masih mau melakukannya?
NOVITA
“Itu dia yang sulit Bulik, Pelatih teaterku mengatakan
bahwa setiap manusia dikaruniai akal oleh Tuhan, dan berhak menentukan apa-apa
yang kita lakukan.”
BULIK
“Novita, kita ini Islam, punya syariat dan punya
teladan terbaik sepanjang hidup, Nabi Muhammad SAW. standar bahagia yang
dimaksudkan pun harus sesuai dan dibenarkan menurut syariat Islam. Artinya
boleh melakukan suatu apa pu, kecuali ada dalil yag melarangnya.”
NOVITA
“Emmm… Kalau berkesenian itu boleh atau dilarang?”
BULIK
“Boleh saja, selama kesenian yang dimaksudkan tidak
melanggar syariat. Dahulu ada Walisanga, mereka menyebarkan Islam di Indonesia
dan dapat diterima secara baik oleh masyarakat, salah satu uslub yang mereka
gunakan ya dengan kesenian.”
NOVITA
“Bulik benar, Sunan Kalijaga dulu pakai Wayang,
melakonkan wayang dalam rangka dakwah, dan Walisanga lain pun juga menggunakan
seni dalam dakwah.”
BULIK
“Benar Novita. Dakwah tidak harus langsung dengan
dibacakan Al-Quran dan Hadis, tapi perlu pendekatan dan penyampaian dengan
kata-kata yang terbaik.”
NOVITA
“Bulik, artinya Novita pun bisa dakwah dengan
memanfaatkan potensi Novita di bidang seni?”
BULIK
“Iya. Insyaa Allah Novita akan jadi pendakwah yang
disayang Allah dan masyarakat.”
NOVITA
“Apa yang harus Novita lakukan Bulik?
BULIK
“Novita bisa mulai ngaji sama Bulik, insyaa Allah
nanti Allah akan memberikan pemahaman kepada Novita dengan ilmu-ilmu Allah yang
dikehendaki.”
NOVITA
“Novita baiknya lanjut kuliah kemana Bulik?”
BULIK
“Insyaa Allah Novita, Allah akan menunjukkan
dan menempatkan Novita di tempat yang terbaik. Mudah-mudahan kita menjadi
pejuang Islam yang bisa menyadarkan masyarakat pentingnya penerapan syariat
Islam dalam berkehidupan.”
NOVITA
“Insyaa Allah Bulik, semoga Allah meridhai apa
yang kita lakukan. Semoga aku bisa berkumpul dengan Ayah di surga, terlebih
semoga kita umat Islam bisa bertemu dan berkumpul bersama Nabi Muhammad SAW. Aamiin”
BULIK
“Aamiin..”
Kini intensif mengaji berharap Allah ridha dengan
aktivitasnya yang sekarang.
***SELESAI***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar