Minggu, 09 Agustus 2015

Puisi Fina "Pena Bergoyang"



Pena Bergoyang

Kala fajar menyingsing
Melangkahlah balutan abu-abu putih
Gigi putih tersapu udara
Jingkrak girang lenggoknya itu
Ditanyalah siapa nama mu
Sigap nan pasti suara menggebu
Tawa cekikik mulai meringkik
kerjakan cerpen pena bergoyang

Naskah Drama Fina "Tegar"



TEGAR
NASKAH :FINA SILIYYA

TOKOH :
CANDRA
KIRANA
NINDA
AGUS
BAGAS
PUTRI

Indah nan permai menyelimuti sebuah desa yang asri.  Sosok laki-laki tinggi berbadan tegap sedang berdiri memandang jauh entah kemana.Perawakanya yang tampan membuat siapa saja ingin menatap wajahnya.Kain putih berkancing dan berkerah, serta kain sarung coklat membuatnya tertahan dari dinginya angin senja.Candra namanya.Imajinasinya yang tinggi terbuyarkan oleh datangnya sosok wanita dengan balutan kain putih serba longgar.
KIRANA  : Candra,
CANDRA : Kemarilah Kirana, ada hal yang ingin kusampaikan pada mu.
Kirana mendekati Candra.Dibisikkanya kata-kata suci penuh makna di telinga kanan Kirana. Tak berapa lama, mata kirana berbinar seraya berkata
KIRANA  : Tidak Candra, aku tak ingin jauh dari mu. Aku ingin terus bersamamu.
Candra hanya terdiam, rautnya berusaha meyakinkan Kirana bahwa perkataanya sungguh benar serius.
KIRANA  : Candra, kau serius?
CANDRA : Iya Kirana.
KIRANA  : Aku sudah terlanjur sangat menyayangimu. Aku tulus memberikan semua rasa ini kepada mu.Apa kau tega melihat aku gila karena rasa sayangku kekamu tak terbalas?
CANDRA : Dengar aku Kirana, kau tahukan kalau orang tua mu tidak menginginkan hubungan kita ini? Setiap harinya aku selalu terbayang kata-kata ayahmu yang mendesak ku untuk mengakhiri ini.Aku juga sudah memperjuangkan hubungan kita tiga tahun ini.Aku rela dimaki-maki orang.Mereka semua tidak menginginkan gadis secantik dan sebaik kamu itu menjadi milikku.Aku juga sangat menyayangi dan mencintaimu, tak ingin ku berpisah dengan mu, tapi keadaan yang memaksa ku tuk melakukan ini.
KIRANA  : Iya, mungkin ini lah jalan terbaik kita. Aku tak ingin memaksa seorangpun untuk memperjuangkan segala keinginan ku, sekalipun kau, orang yang paling aku cintai.
CANDRA : Kirana, tolong mengertilah keadaan ku. Peganglah kata-kata ku ini. Aku akan selalu menyayangi dan mencintaimu. Jika kau rindu aku, tutuplah mata indah mu, berdoalah pada Tuhan agar jiwa ku datang menemani mu. Aku akan berdoa pula pada Tuhan, satukanlah pasangan kekasih ini yang sudah terambang jarak dan saling mengiba untuk kembali. Ya, itulah doa utama ku.
Kirana hanya bisa menahan tangisnya yang sering kali membanjiri pipi.Dengan sigap dan penuh harap, Candra menenangkan Kirana sambil menepuk-nepuk bahu Kirana.
CANDRA : Sudah lah Kirana, janganlah kau bersedih. Aku tak ingin melihatmu menangis.
KIRANA  : Aku tidak menangis. Aku akan menunggu mu sampai kapan pun. Aku akan selalu ada untuk mu, percayalah. Kala kau rindu aku, tenangkan fikir mu.Ingatlah kenangan-kenangan yang ada bersama ku dan tersenyumlah. Jiwa ku akanada bersama semua itu.
Senja yang mengoyak sepi makin menjadi.Terdengarlah gemuruh bedug dan lantunan adzan yang harus memisahkan kedua insan yang sedang berduka.
CANDRA : Pergilah Kirana, adzan sudah memanggil kita.
KIRANA  : Baiklah, ingatlah aku dikala nafasmu. Aku akan tetap menunggu mu sampai kapan pun.Aku menyayangimu Candra. Jagalah kesehatan mu.
CANDRA : Baiklah. Ingat lah aku juga Kirana, apa pun yang terjadi di masa mendatang, jodoh itu Tuhan yang menentukan. Aku juga menyayangimu Kirana. Baik-baik yah..
Kedua insan berpisah
Kabut malam muncul, angin menerpa kuat. Rupanya sekeliling pun merasakan apa yang tengah terjadi pada pasangan tersebut. Langit menangis sangat cepat dan berteriak dengan nyaring, bahkan gemuruhnya memekik telinga siapa saja yang mendengarnya.Suasana itu berlangsung hingga pagi.Walau demekian, tak sedikit pun memecahkah semangat insan-insan pekerja keras yang mencari ilmu dan belajar dalam hidup. Ramai nan bising menyelimuti sebuah sekolah. Rupanya, kali ini sedang terjadi kesurupan masal.Candra tetap saja melamun dengan ditemani kawanya, Agus.
AGUS       : Kau kenapa? Aku perhatikan dari tadi kau hanya duduk dengan mata kosong. Ayo bantu mereka yang sedang kesurupan. (menunjuk sekeliling keadaan)
Candra terdiam.
AGUS       : Chandra, kau kenapa diam saja! Apa kau tidak kasihan dengan mereka? Aku kasihan sama kamu takut kau malah juga ikut kesurupan. Kau kan yang biyasanya bantu mereka dikala seperti ini.
CANDRA : Sudah lah gus, tak perlu kau khawatirkan aku.
AGUS       : Aku tak ingin sahabatku murung seperti ini. Coba, kau ceritakan apa yang sedang kau alami, barang kali saja aku bisa membantu mu.
Candra terdiam.Matanya berkaca-kaca dengan fokus pandang yang semakin jauh.
CANDRA : Kirana,dia lah orang yang paling aku cinta dan sayang. (menghela nafas panjang) aku sudah melepasnya walau aku sendiri tidak tahu, seberapa kuat aku jauh darinya. Kau tau seluk beluk kisah cintaku dengan dirinya kan? Aku kasihan denganya, aku hanya bisa menyakiti perasaanya. Mungkin sekarang dia sedang menangis, dan mungkin …..
AGUS       : Sudah, jangan kau teruskan lagi. Itu akan membuat kau dan dirinya makin berduka. Ingat keputusan dan takdir Tuhan lah yang paling adil.Dia lah pengatur segala urusan makhluk dengan sebaik-baiknya karena Dia Maha Tahu dengan segalanya.
CANDRA : Iya, hanya saja aku tak mengrti, seberapa tahu kah Tuhan dengan kondisi ku.
AGUS       : Istihgfar Candra, Tuhan Maha Tahu dengan segala kuasanya-Nya.
CANDRA : (menghela nafas) Astaghfirullohal’adzim..
AGUS       : Sekarang, lebih baik dekatkan hati mu pada Tuhan. Mintalah ketenangan batin pada-Nya.
CANDRA : Terimakasih atas kebaikan mu. Aku juga tak ingin bertingkah seperti ini terus, aku takut Kirana kenapa-kenapa.
AGUS       : lebih baik kau sms dia, mungkin dia juga butuh kehadiran mu.
(dengan penuh harap, Chandra meraih hand phone di saku celana dan mengirimkan sebuah pesan pada Kirana.)
AGUS       : Sabarlah kawan, Kirana pasti akan membalas pesan mu.
CANDRA : Aku tak begitu yakin kalau Kirana membalas pesan ku ini.
AGUS       : Kau harus yakin Candra, berdoa lah.
CANDRA : Gus, ke musola yuk solat dhuha. Aku nggak bisa tenang dengan keadaan ku ini, mungkin dengan curhat ke Tuhan batin ku bisa lebih tenang.
AGUS       : Iya, Aamiin.
Bergegaslah mereka menuju mushola.Dalam do’a Candra selalu melantunkan untuk bisa bersama Kirana.Baginya itulah harapan satu-satunya yang ada dibenaknya. Entah sebesar apa perasaannya pada kekasi yang seolah semua itu berubah sekejap. Muka cerianya kini menggelap, semangat berkobar pun meredup.
Siang itu disebuah kantin seorang wanita berparas cantik sedang menikmati tegukkan jus jeruk.Wajah ceria dan perawakanya yang ramah menyapa siapa saja yang datang ke kantin itu. Dengan pandangan yang meyakinkan ia memanggil Chandra yang ada di depan pintu hijau itu.
NINDA     : Candra…. Chandra… Candra…
Mendengar sebutan Candra, Candra pun mencari asal datangnya suara itu
NINDA     : Candra, sini. (melanbaikan tangan kearah Candra)
Candra pun menghampiri Ninda.
CANDRA : Ada apa Nin?
NINDA     : Sini deh duduk dulu. Loe mau makan apa nih mumpung gueh lagi baik sama loeh. Itung-itung sebagai ucapan trimakasih gueh karna loeh udah ngajarin materi matematika kemarin.
CANDRA : Enggak lah Nin, aku lagi nggak pengin makan. Makasih atas tawaranya.
NINDA     : Jangan gitu dong Ndra..gueh juga pengin ngmongin sesuatu sama eloeh.
CANDRA : (duduk di depan Ninda) Ya udah, kamu mau ngomong apa? Bentar lagi kan masuk pelajaran.
NINDA     : Waktu hari Rabu kemarin nilai ulangan kimia gueh udah diumumin dan nilainya jelek, besok mau remidi tapi materinya belum paham. Plieesss dong ajarin gueh kimia entar abis pulang secarakan loeh jago kimia juga.
CANDRA : Maaf Ninda, aku nggak bisa.
NINDA     : Tolongin Gueh dong Ndra..kalo remidi nilainya jelek terus kan entar bisa-bisa bokap nyokap gueh dipanggil kesekolah.
Bel masuk pelajaran berbunyi
NINDA     : Oke kan Nda? Entar gueh ke kelas loeh deh. Sip, makasih yah..baik deh
Semua yang dikantin buru-buru masuk kelas. Jam tangan Candra berasa melambat, iya rencananya pulang sekolah nanti ia mau pergi menemui kekasihnya itu. Jarum penunjuk hitam ditangan pun terus berputar.Tiba lah baginya tuk merapikan tasnya.
Tiba-tiba datang lah Nindi.
NINDA     : Hai Candra..udah siap kan? Nih bukunya (menyodorkan buku kimia)
CANDRA : Aku nggak bisa Nin, aku ada acara.
NINDA     : Acara apa sih? Jadi loeh gak mau bantuin gueh nih?
Dengan berat hati Candra menuntun Ninda untuk satu persatu membuka lembaran buku kuning itu.
Dilain tempat, Kirana sedang menunggu kepulangan Candra. Di pertigaan itu, ia hanya duduk diam sambil memegang ponselnya. Tak lama datang lah perempuan serba bulat yang duduk disebelahnya. Rupanya seragam itu mirip sekali dengan balutan yang menutupi tubuh kekasihnya waktu jam sekolah. Dengan sigap ia bertanya
KIRANA  : Apa anda bersekolah di SMK NU TONJONG itu?(menunjuk kearah selatan)
PUTRI      : Iya, benar. Kalo anda sekolah dimana?
KIRANA  : Aku di SMA N 1 BUMIAYU. Apa di sekolah anda pelajar nya sudah masuk jam pulang semua?
PUTRI      : Iya, sudah.
KIRANA  : Terima kasih yah..
Tanpa berpikir aneh Kirana terus saja menunggu kekasihnya, baginya pemandangan itu yang bisa membuatnya tenang. Mungkin ia sudah terlalu rindu pula ingin bersamanya walau bisa hanya beberapa menit. Ia rela tetap duduk di emperan toko hingga berjam-jam. Lalu lalang orang pun tak menggoyahkan keinginanya itu untuk terpenuhi. Memang benar tipe wanita itu pantang menyerah dan apa pun yang ia mau harus ia turuti entah bagaimana caranya. Motor merah berkilau yang mendebu menjadi saksi betapa kokoh sebuah keinginan.
Sorot retina tetap saja kearah jalan itu, hingga akhirnya mengenai seorang lelaki idaman dari kejauhan. Detak jantung mendebar-debar semakin cepat, wajah akan keberhasilan mulai Nampak. Motor beat itu mendekat dengan lelaki yang dipegang pinggangnya dari belakang.
KIRANA  : Yaa Tuhan… baru aja putus kemarin, masa sekarang udah ….(Kirana mebiarkan motor itu melintas dan pulang dengan tetesan air mata.Galau berat baginya dikala seperti ini.Motornya yang biasa melaju cepat kini pelan, bahkan karna terlalu pelan dan terlalu kesamping dia pun terjatuh.)
Setelahnya..(suara ambulance)
Sepupu Kirana, Bagas tak kuasa menahan duka mendalam ini. Segera ia merogoh saku clananya dan menulis pesan kepada Candra. Secepat kilat Candra langsung menghubungi Putri.
CANDRA : Put… sekarang Kirana dimana? (dengan suara tersendat sendat karena menangis)
BAGAS    : Kau datang saja kemari..cepat lah, sebentarlagi akan dibawa ke pusara.
Candra segera mengunjungi rumah Kirana dengan cepatnya. Aneh nya setelah sampai gerbang rumah bercat kan putih itu, suasana sepi yang terwujud. Tanpa pikir panjang, Candra menuju pusara desa itu dan mencari nisan baru milik Kirana. Lekas ia memeluk nisan itu dengan erat nya.
CANDRA : Kirana…. Kenapa kau terlalu cepat meninggalkan ku. Aku begitu mencintai mu Kirana.. Kirana….. (berteriak-teriak memanggil Kirana)
                     Kirana..kamu dengar aku kan Kirana.. jawab aku Kirana, aku sungguh sayang pada mu. Ini aku datang untuk menjemput mu. Kirana… Kirana.. Jawab aku Kirana…. (memukul-mukul tangannya diatas pusara itu). Kirana..kalau memang kau tak bisa kembali untuk ku, aku akan datang untuk mu Kirana.. 
BAGAS    : Sudah lah Candra, Kirana tidak akan bisa kembali. Sudah, ikhlaskan saja
CANDRA : Kirana..kamu dengar aku kan? Kembalilah untuk ku Kirana.. Aku janji tidak akan meninggalkan mu lagi. Tolong lah Kirana, jangan tinggalkan aku.. Kirana..jawab aku kirana..
BAGAS    : (menepuk-nepuk bahu Candra) Candra, aku tau ini pasti berat untuk mu. Tapi inilah kenyataan nya, Kirana sudah pergi jauh dan sudah di sisi Tuhan.Biarlah Kirana tenang disana, kau tak inginkan Kirana bersedih? Begitupun Kirana yang menginginkan mu untuk tidak be rsedih.
CANDRA : Yaa Tuhan ku..angkat lah nafas ku ini. Satukan lah kami dalam syurga mu..aku ingin bersama Kirana.. Aku nggak kuat hidup tanpa Kirana.. Tuhan ku..dengarkanlah pinta hamba-Mu ini..
BAGAS    : Candra, sudahlah jangan teriak-teriak. Kasian Kirana disana.Tuhan mungkin terlalu sayang pada Kirana.Kematian seseorang itu sudah takdir yang nggak bisa dirubah, istighfar Candra.Ikhlaskan lah Kirana.
CANDRA : Kirana…..
BAGAS    : (mengulurkan sebuah amplop)
CANDRA : (membuka dan membacanya) 14 Februari 2015. Mungkin saat kau baca coretan pena ku ini aku sudah berada jauh dari mu. Aku ingin kau yakin satu hal bahwa aku sangat mencintai dan menyayangi mu setulus ku.Aku ingin kau sisakan satu ruang dihati mu tuk kau isi kenangan-kenangan bersama ku.Kenangan dari awal kau mengenal ku sampai detik kau baca lembaran ini. Aku yakin kau tak akan ingkar dengan kata-kata mu yang dulu. Tapi menurutku sendiri dalam hidup itu berat, kau boleh mencari pengganti ku asalkan kau bahagia bersamanya. Wanita cantik itu banyak ko. kamu tampan, gagah, baik, rajin, pintar dan masih banyak lagi. Aku yakin banyak wanita yang ingin digandeng mu. Apa pun yang terjadi nanti, tetap inget aku yah Baik..kamu nggak lupakan dengan kata-kata ku yang ini …“Aku akan menunggu mu sampai kapan pun. Aku akan selalu ada untuk mu, percayalah. Kala kau rindu aku, tenangkan fikir mu.Ingatlah kenangan-kenangan yang ada bersama ku dan tersenyumlah. Jiwa ku akan ada bersama semua itu.”… oh iyya. Aku disini nggak kesepian ko, tolong yah doain aku tiap hari biar aku bisa senyum terus disini..oke.. maafin aku yah .. salam sayang rindu, Kirana. (Candra terus saja menangis membaca sepucuk surat itu)
BAGAS    : Candra, ini udah hamper maghrib. Ayo kita pulang, biarkan Kirana istirahat dengan tenang.Kau lebih baik nginep di rumah ku saja.
CANDRA : Baiklah.
Kedua insan seraya bergegas pergi.Setelah sampai rumah Bagas, Bagas menunjukkan kamar untuk Candra.
BAGAS    : Kamar mu di ujung utara berkorden ungu itu (menunjuk lokasi). Sebaiknya kau cepat beristirahat
CANDRA    : Terimakasih ..
Candra langsung memasuki kamar
KIRANA  : (memeluk tubuh Candra) diam lah Candra, kau jangan berisik. Aku sangat rindu pada mu..
CANDRA : Ki ki ki Kirana..kau ma ma masih hiddd..
KIRANA  : Iya Candra, itu semua hanya untuk menguji seberapa sayang dan cinta mu pada ku. Maaf kan aku, itu ide ka Bagas. Maaf yah Candra..
CANDRA : Kirana, tolong jangan tinggalkan aku. Aku hanya ingin bersama mu
KIRANA  : Aku tidak kemana-mana Candra. Aku akan tetap disini menunggumu. TolongCandra, datang lah kerumah ku untuk mempersunting ku disaat waktunya tiba.
CANDRA : Baik Kirana, aku pasti akan melakukan itu kalau kau memang menunggu mu.
KIRANA  : Candra, tolong jangan terlalu dekat dengan wanita lain. Tadi pulang sekolah aku melihatmu bersama…
CANDRA : itu teman ku, Ninda.
(tiba-tiba ada suara Bagas dari kamar sebelah)
BAGAS    : Kirana, Ibu dan Ayah mu mencarimu.
KIRANA  : Iya Ka..sebentar
CANDRA : Kirana, aku janji aku bakal setia terus sama kamu..aku gak bakal kecewain kamu pokoknya. Tunggu aku yah Kirana
KIRANA  : Aku akan menunggu mu sampai kapan pun. (Kedua Insan berpelukan dan Kirana meninggalkan kamar dengan tenang)
Semenjak ini, Candra dan Kirana semakin tegar dengan kuasa Sang Pencipta.Birrul walidain lah yang paling utama apalagi kalau dibandingkan dengan rasa sayang dan cinta pada selain Ibu dan Ayah.Mereka percaya kalau jodoh itu tidak bakal bisa tertukar. Bagaimana pun kita mencari pendamping tetap saja kalau tidak berjodoh tidak akan bisa menyatu. Dalam benak mereka sudah tertanam saling kepercayaan yang sudah bulat dan tidak dapat dirubah-rubah. Mereka hanya menntikan jawaban dari doa “Ya Alloh, kalau memang dia jodoh ku dekatkan lah hati ku dengannya, dan kalau dia bukan jodoh ku berikanlah keikhlasan ku untuk merelakanya.”

***SELESAI***