Mengapa Agen of Change Harus Belajar Islam?
Oleh : Fina Siliyya
Assalamualaikum saudara saudari ku. Mudah-mudahan
keberkahan Allah senantiasa terlimpah kepada kita semua. Aamiin. Hi Andaramu
Jayantara, Alhamdulillah kini gelar mahasiswa IPB telah kau dapatkan,
semoga sebutan ini tidak membuatmu luput dari berbangga hati ya. Aamiin.
Berbicara mengenai mahasiswa, sudah tahukah engkau
dengan arti mahasiswa? Mahasiswa berasal dari kata maha dan siswa. Maha berarti
besar atau agung, dan siswa berarti orang yang sedang belajar. Kacamata
masyarakat seringkali membuat tafsiran bahwa mahasiswa masuk dalam golongan
elit, pasalnya tidak semua orang dapat menduduki perguruan tinggi. Sejarah pun
mencatat sejumlah prestasi mahasiswa, diantaranya berhasil mendesak turun Presiden
Soekarno dan Presiden Soeharto. Itulah kenapa mahasiswa sering kali disebut
dengan agen of change, agen perubahan.
Seorang agen perubahan tidak serta merta hanya menyerukan
suara pribadi, akan tetapi seharusnya menyerukan suara umat. Memang benar, tri
dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian) mengharuskan
seorang mahasiswa mampu mengabdikan dirinya untuk kepentingan umat. Menurut
Andaramu Jayantara, perubahan apa yang harus dilakukan untuk kepentingan umat
ini? Perubahan kebijakan pemerintahkah? Atau perubahan yang meuntut harga
sembako murah? Atau perubahan yang bagaimana? Sudah punya jawabankah? Pernah
bepikir tentang peran Engkau untuk umat? Sekarang pikirkanlah dan renungkanlah
wahai Saudara seiman ku.
Manusia mendapakan karunia dari Allah melebihi karunia
Allah kepada hewan. Manusia tidak hanya memiliki kebutuhan jasmani dan naluri
saja, tetapi juga dibekali dengan akal. Akallah yang membuat manusia unggul
dibandingkan makhluk Allah yang lainya. Akal juga mampu menjadi pusat kendali
perbuatan. Dengan demikian, jika seorang manusia ingin dikatakan sebagai
manusia benar (bukan manusia jadi-jadian), maka akal musti digunakan secara
benar. Benar yang dimaksudkan bukanlah berdasar pada standar benar manusia,
melainkan benar menurut Allah, Sang Pencipta segalanya. Ketika potensi akal
tidak membuat hati, mata, telinga berfungsi dengan benar menurut Allah, neraka
Jahannam sudah menanti.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” [QS. Al-A’raf (7) : 179].
Sebutan binatang ternak atau yang lebih sesat dari
binatang ternak tentu saja tidak ingin didapati oleh manusia yang beriman
kepada Allah. Demikian halnya oleh mahasiswa. Agen perubahan yang disandang pun
harusnya diselaraskan dengan perubahan yang diridhai Allah dengan memanfaatkan
potensi-potensi yang dimiliki. Mahasiswa yang beriman secara benar akan mampu
merasakan, melihat, dan mendengar jeritan umat yang semakin hari semakin
membuncah. Untuk dapat mengindra permasalahan umat, maka sikap acuh tak akan
mampu menjadi modal awal dalam mengindranya.
Jutaan masalah umat akan dapat terselesaikan secara
bersih ketika menggunakan solusi yang berasal dari Sang Pengatur, Allah SWT.
Bagaimana tidak, segala apa-apa yang ada di dunia ini yang menciptakan adalah
Allah. Dengan demikian, jelaslah bahwa yang mempunyai solusi atas segala
permasalahan hanyalah Allah karena Dia yang menciptakan dan mengatur segala
kehidupan yang ada. Manusia yang menggunakan akal dengan benar akan mampu
menemukan solusi permasalahan melalui petunjuk yang Allah wahyukan kepada
Muhammad, Rosul terakhir pengemban risalah. Akan tetapi untuk memahami petunjuk
Allah, Al Qura’an dan sunnah, tidak cukup jika hanya dibaca tanpa mendengarkan
penjelasan shahih dari ulama yang shahih. Inilah pentingnya seorang agen of
change, agen perubahan untuk mengetahui syariat islam secara benar serta
mampu mengaplikasikanya dalam berkehidupan. Seorang agen of change yang lurus
tidak ingin dipandang berjasa dalam menyelesaikan permasalahan umat, cukuplah
ridha Allah yang ingin ia dapatkan.
Bogor, 1 Juli 2019