LANGKAH
KARYA : FINA SILIYYA
PREMIS
Seorang Ibu yang menginginkan anak-anaknya bahagia
walau hidupnya serba mengalami keterbatasan.
SINOPSIS
Rara, 6 tahun biasa menemani ibunya berjualan kue
disepanjang jalan. Keinginan Rara untuk bersekolah tak bisa di tutupi lagi.
Ayah Rara hanyalah seorang pembecak dengan penghasilan yang tak seberapa
berusaha menghidupi istri dan dua anaknya. Kakak Rara, Danu yang baru tamat
sekolah SD ingin sekali beranjak ke SMP. Dengan segenap tenaga, Ibu dan Ayah
membanting tulang lebih keras demi mendapatkan cahaya untuk anak-anaknya di
masa kelak.
SKENARIO
1. EXT. JALANANAN – PAGI HARI
Terlihat
lalu lintas kendaraan bermotor. Dinda mengenakan seragam sekolah dasar seadanya
yang sudah tampak kumal berjalan di sepinggiran jalan bersama ibunya yang
menentang jajan untuk diperdagangkan.
2. EXT. DEPAN GERBANG SEKOLAH –
PAGI HARI
Dinda dan
ibunya memandang sekeliling sekolah membandingkan apa yang dikenakan Dinda dan
anak-anak yang lain.
IBU DINDA
(Ibu
mengambil dua buah jajan dari tentengan kemudian memberikanya kepada Dinda) “Hati-hati
Nak, jangan nakal.”
DINDA
(Dinda
menerima jajan) “Iya Bu, Assalamualaikum” (mencium tangan ibunya)
IBU DINDA
“Waalaikumussalam”
Dinda memasuki sekolahan.
3. EXT. LAPANGAN SEKOLAH – PAGI
Semua murid dan guru melakukan upacara. Terlihat
beberapa kali sepatu Dinda di injak oleh dua teman yang tepat berada di sebelah
kanan dan kirinya, Ninda dan Ririn. Beberapa kali pula salah seorang temanya
dari belakang, Dani mendorongnya ke depan. Dinda hanya diam saja. Pada saat itu
pembina upacara sedang menyampaikan amanat.
PEMBINA
UPACARA
“Anak-anakku yang kami cintai, dalam rangka Hari Ibu,
besok sekolah akan mengadakan perlombaan puisi bertemakan Ibu. Ada hadiah
menarik, dan siapa pun boleh mengikutinya. Demikian, wassalamualaikum wr wb.”
4. INT. RUANG KELAS – SIANG
Dinda duduk
seorang diri di bangku paling depan memakan jajan yang tadi pagi diberikan oleh
ibunya, sambil memikirkan perkataan pembina upacara. Tiga teman kelasnya,
Ninda, Ririn dan Dani memasuki kelas dengan membawa beberapa makanan ringan. Ketiga
teman tersebut duduk di meja paling belakang sambil berbisik bisik. Beberapa
saat kemudian datanglah guru sambil membawa lembaran-lembaran puisi
GURU
“
Anak-anak, silahkan bagi kalian yang mau ikut lomba besok, ini lembaran puisi
yang harus kalian baca.”
Semua murid bergerombolan maju ke guru untuk meminta
kertas.
5. INT. KAMAR DINDA – SORE
Dinda membuka tas dan terkejut, bungkus plastic
makanan yang tadi siang dimakan oleh temanya berada di tasnya. Dengan mata yang
hampir menangis, dinda berteriak memanggil ibunya.
DINDA
“Ma… Mama… Ma…” (sambil mengeluarkan semua barang yang
ada I tasnya)
Ibu langsung masuk kamar Dinda dan menghampirinya. Tak
banyak kata yang di ucapkanya. Ibu memandangi plastic-plastik sampah dan
kemudian langsung menenangkan hati Dinda.
IBU DINDA
“Tidak apa-apa Dinda, mungkin mereka lupa letak tempat
sampah. Sini ibu buangkan.” (Ibu segera mengambil plastic-plastik itu, tetapi
gerakan tanganya terhenti lantaran melihat selembar kertas yang jarang Ibu
Dinda temui, lembaran puisi) “Dinda, ini apa?”
DINDA
“Ma, ajarin Dinda puisi yah buat lomba besok. Dinda
pengin menang.” (Tatapan Dinda mengiba pada ibunya)
Ibu Dinda langsung mengajari Dinda berpuisi dengan
penuh semangat. Segala bentuk tentang apa yang di ketahuinya dalam berpuisi ia
ajarkan kepada anaknya tersebut.
6. INT. TEMPAT PERLOMBAAN PUISI DI SEKOLAH – SIANG
Murid-murid mengenakan seragam merah-putih seperti
hari kemarin. Dinda dengan percaya diri mengantri untuk mendaftar perlombaan
puisi. Beberapa saat kemudian ketiga teman kelasnya, Ninda, Ririn dan Dani
menghampiri Dinda.
NINDA
“Percuma kamu ikut. Pasti yang menang anak kelas enam.
Anak kelas dua gak bakal bisa menang.”
RIRIN
“Iya, malu-maluin aja.”
DANI
“Udah, sana pergi.” (Dani mendorong Dinda)
Dinda lari meninggalkan tempat tersebut sambil
meangis.
7. EXT. DEPAN GERBANG SEKOLAH – SIANG
Ibu dinda duduk di depan barang-barang yang ia
jajakan. Satu atau dua anak menghampiri duduknya. Anak tersebut kemudian mengambil barang dan
menukarnya dengan lembaran rupiyah. Dinda menghampiri ibunya sambil menangis.
Ibu Dinda langsung memeluk Dinda. Dinda menangis terisak-isak.
IBU DINDA
“Dinda kenapa nangis? Anak Mama nggak boleh cengeng
yah.” (Ibu Dinda berusaha menenangkan Dinda)
DINDA
“Mama.. Dinda nggak boleh ikut…” (sambil menangis)
IBU DINDA
“Boleh, Dinda boleh ikut. Mari Ibu antar” (Dinda dan
Ibunya memasuki gerbang sekolah.
8. INT. TEMPAT PERLOMBAAN PUISI DI SEKOLAH – SIANG
Suasana perlombaan puisi yang sederhana dengan dua
orang juri yang berada di hadapan peserta lomba yang sedang pentas. Seorang
peserta dengan kokard bernomor 17 sedang pentas dan membacakan puisi pada 2
bari terakhir. Setelah selesai seorang guru muda memanggil peserta terakhir.
GURU MUDA
“Baik, kita panggil peserta terakhir, nomor urut 18 di
persilahkan maju ke depan”
Dinda maju dan membacakan puisinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar