Kamis, 17 Oktober 2019

Cacatnya Demokrasi


Sudahkah kita mengindera?
Kali ini cacatnya demokrasi semakin nyata dihadapan mata
segudang masalah yang menghadang negeri ini tampaknya belum bisa terbuang.
Tujuan negara yang katanya akan mensejahterakan masyarakatpun kini rasanya jauh dan rapuh
Sejatinya manusia memang membutuhkan penyelesaian tuntas atas segala permasahan yang terjadi.
Dan lagi lagi solusi buatan manusia tidak mampu memberantas masalah, justru menimbulkan kasus baru secara terus menurus
Islam hadir ditengah kehidupan sebagai satu-satunya solusi yang hak, karena segala yang datang dari islam bersifat sempurna dan paripurna. Islam akan membawa kita pada perubahan yang hakiki, perubahan yang memanusiakan manusia, perubahan yang mengubah kegelapan menuju cahaya.

Bogor, 28 September 2019

Sekat-sekat Nasionalis


Sekat-sekat Nasionalis
Oleh : Fina Siliyya

Ada dampak fatal dikarenakan sekat nasionalis antar muslim.
Islam menegaskan bahwa seorang muslim dengan muslim lain ibarat satu tubuh.
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain.
Namun hari ini persaudaraan antar muslim tidak begitu nampak, sebut saja kasus pembantaian muslim Palestin, Suriyah, Kasymir dan kasus-kasus lainya terlihat kurang menyayat hati muslim. Hingga muslim pun kini belum satu gerak untuk memerangi kedzaliman.

Sejatinya kaum muslim adalah kaum yang kuat.
Lemahnya muslim hari ini dikarenakan tidak tunduk dengan jalan yang lurus dan tidak diterapkanya syariat Islam secara keseluruhan,
 Allah berfirman dalam Al Quran surat Al An’am ayat 153
“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”

Wahai muslimin, marilah kita bersatu, yakinlah dengan kemenangan islam, karena Allah sudah menjanjikanya.

Bogor, 1 Oktober 2019

Sehatkah Arah Pendidikan Sekarang ?


Kalian Harus Tau
Sehatkah Arah Pendidikan Sekarang ?
Oleh : Fina Siliyya

            Manusia dibekali Sang Pencipta dengan tiga hal, yakni kebutuhan jasmani, naluri, dan akal. Salah satu naluri yang dimiliki manusia adalah naluri untuk mempertahankan diri (gharizah baqa).
            Dunia pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan gharizah baqa, pasalnya masyarakat memandang bahwa dengan pendidikan kita dapat memperbaiki kehidupan. Memang benar, dengan pendidikan seorang menusia akan dididik dari segi akal dan kemampuan untuk mahir dibidang tertentu, sehingga memungkinkan manusia untuk memiliki skill-skill yang dapat berpotensi memperbaiki kehidupan dirinya.
Pendidikan erat kaitanya dengan cita-cita. Seseorang yang menempuh pendidikan pasti memiliki alasan dan tujuan yang ingin diperoleh. Sayangnya hari ini kaum muslimin terbiasa memiliki cita-cita pragmatis. Buah dari pendidikan  hanya sebatas ingin mendapatkan pekerjaan dan profesi tertentu untuk meraih kemapanan finansial. Kehidupan yang serba dihimpit dengan bayar uang membuat manusia kerap kali ingin memiliki uang dengan jumlah banyak demi melangsungkan kehidupanya. Dengan uang, manusia bisa melakukan apapun termasuk bisa menjamin kebutuhan pokok diri dan keluarga, katanya.
Profesi dianggap sebagai capaian puncak kesuksesan individu. Profesi yang berbeda akan menghasilkan jumlah uang yang terkantongi berbeda, begitulah kacamata masyarakat. Setiap individu bertanggungjawab atas pemenuhan  kebutuhan diri dan keluarga karena dalam kapitalisme peran negara tidak hadir dalam pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya.
Di era sekarang, sekolah merupakan tempat menentukan pekerjaan. Sekolah tidak lagi menjadi tempat untuk membengun kepribadian yang mampu menghasilkan generasi unggul, generasi pemimpin, dan generasi pembangun peradaban. Kini sekolah mencetak generasi yang sekuler, mereka mendapatkan ajaran agama tetapi orientasi kehidupan mereka tidak sejalan dengan agama. Mereka bukan lagi memikirkan ridha Sang Pencipta dalam kehidupan, melainkan mereka hanya memikirkan akan kesenangan dan kebahagiaan yang bisa mereka nikmati. Begitulah keaadaanya, kapitalisme berhasil menggeser ajaran agama dengan membentuk gaya hidup yang berorientasi pada kesenangan materi.
Arus kehidupan kapitalistik merembah ke segala aspek kehidupan, termasuk dalam aspek pendidikan. Pendidikan yang katanya termasuk hak setiap manusia pun nyatanya tidak demikian. Pendidikan tidaklah gratis, untuk mendapatkanya kita musti mengeluarkan uang yang tidak sedikit nominalnya. Inilah kiranya kenapa banyak yang beranggapan ketika orang yang berpendidikan tinggi haruslah mendapatkan profesi yang tinggi pula, profesi yang mampu meraup uang banyak dengan mudah.
Mahalnya biaya pendidikan juga membuat pelajar dan orang tua menginginkan selesai dari bangku pendidikan dengan cepat. Negara tidak memfasilitasi pendidikan dengan cuma-cuma. Itulah mengapa kaum pelajar tidak lagi menjadi generasi unggul, generasi pemimpin, dan generasi pembangun peradaban, karena pelajar hanya mementingkan cepat selesai pendidikan dan cepat dapat pekerjaan. Akankah kita terus mengikuti arus kehidupan kapitalistik dalam menentukan cita-cita? Wallahu’alam.

Bogor, 14 Juli 2019

Mengapa Agen of Change Harus Belajar Islam?


Mengapa Agen of Change Harus Belajar Islam?
Oleh : Fina Siliyya

Assalamualaikum saudara saudari ku. Mudah-mudahan keberkahan Allah senantiasa terlimpah kepada kita semua. Aamiin. Hi Andaramu Jayantara, Alhamdulillah kini gelar mahasiswa IPB telah kau dapatkan, semoga sebutan ini tidak membuatmu luput dari berbangga hati ya. Aamiin.
Berbicara mengenai mahasiswa, sudah tahukah engkau dengan arti mahasiswa? Mahasiswa berasal dari kata maha dan siswa. Maha berarti besar atau agung, dan siswa berarti orang yang sedang belajar. Kacamata masyarakat seringkali membuat tafsiran bahwa mahasiswa masuk dalam golongan elit, pasalnya tidak semua orang dapat menduduki perguruan tinggi. Sejarah pun mencatat sejumlah prestasi mahasiswa, diantaranya berhasil mendesak turun Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Itulah kenapa mahasiswa sering kali disebut dengan agen of change, agen perubahan.
Seorang agen perubahan tidak serta merta hanya menyerukan suara pribadi, akan tetapi seharusnya menyerukan suara umat. Memang benar, tri dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian) mengharuskan seorang mahasiswa mampu mengabdikan dirinya untuk kepentingan umat. Menurut Andaramu Jayantara, perubahan apa yang harus dilakukan untuk kepentingan umat ini? Perubahan kebijakan pemerintahkah? Atau perubahan yang meuntut harga sembako murah? Atau perubahan yang bagaimana? Sudah punya jawabankah? Pernah bepikir tentang peran Engkau untuk umat? Sekarang pikirkanlah dan renungkanlah wahai Saudara seiman ku.
Manusia mendapakan karunia dari Allah melebihi karunia Allah kepada hewan. Manusia tidak hanya memiliki kebutuhan jasmani dan naluri saja, tetapi juga dibekali dengan akal. Akallah yang membuat manusia unggul dibandingkan makhluk Allah yang lainya. Akal juga mampu menjadi pusat kendali perbuatan. Dengan demikian, jika seorang manusia ingin dikatakan sebagai manusia benar (bukan manusia jadi-jadian), maka akal musti digunakan secara benar. Benar yang dimaksudkan bukanlah berdasar pada standar benar manusia, melainkan benar menurut Allah, Sang Pencipta segalanya. Ketika potensi akal tidak membuat hati, mata, telinga berfungsi dengan benar menurut Allah, neraka Jahannam sudah menanti.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” [QS. Al-A’raf (7) : 179].
Sebutan binatang ternak atau yang lebih sesat dari binatang ternak tentu saja tidak ingin didapati oleh manusia yang beriman kepada Allah. Demikian halnya oleh mahasiswa. Agen perubahan yang disandang pun harusnya diselaraskan dengan perubahan yang diridhai Allah dengan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki. Mahasiswa yang beriman secara benar akan mampu merasakan, melihat, dan mendengar jeritan umat yang semakin hari semakin membuncah. Untuk dapat mengindra permasalahan umat, maka sikap acuh tak akan mampu menjadi modal awal dalam mengindranya.
Jutaan masalah umat akan dapat terselesaikan secara bersih ketika menggunakan solusi yang berasal dari Sang Pengatur, Allah SWT. Bagaimana tidak, segala apa-apa yang ada di dunia ini yang menciptakan adalah Allah. Dengan demikian, jelaslah bahwa yang mempunyai solusi atas segala permasalahan hanyalah Allah karena Dia yang menciptakan dan mengatur segala kehidupan yang ada. Manusia yang menggunakan akal dengan benar akan mampu menemukan solusi permasalahan melalui petunjuk yang Allah wahyukan kepada Muhammad, Rosul terakhir pengemban risalah. Akan tetapi untuk memahami petunjuk Allah, Al Qura’an dan sunnah, tidak cukup jika hanya dibaca tanpa mendengarkan penjelasan shahih dari ulama yang shahih. Inilah pentingnya seorang agen of change, agen perubahan untuk mengetahui syariat islam secara benar serta mampu mengaplikasikanya dalam berkehidupan. Seorang agen of change yang lurus tidak ingin dipandang berjasa dalam menyelesaikan permasalahan umat, cukuplah ridha Allah yang ingin ia dapatkan.

Bogor, 1 Juli 2019