AKU PERCAYA
Tokoh penokohan :
FINA SILIYYA :
ZIYA
FEBI AFNI AHMAD :
FATAH
MELY AFRIHATUL AFNI :
IKLIMA
SYFA SAFIRA KIRANA ANDI : AMINAH
OCA YORDAN KRISNANDA :
RIYAN
RIYANA MAGHDALENA : PELAYAN
ANNISA MARTA A. :
INA
Detik
waktu menggulir bersamaan detak waktu yang mendebar. Nafas sesak menanti akan
cucuran darah yang mengalir. Dalam senja, sosok wanita bernama Ziya dengan shal
merah masih menanti seseorang yang dirasa berarti dalam hidupnya. Tangannya
yang dingin menggenggam erat ponsel dengan beberapa kali mendekatkanya
ketelinga. Posisi duduknya yang sudah lama entah berapa jam atau sudah seharian
ini membuat pelayan kafe enggan menawarkan jasanya lagi setelah beberapa kali
menawarkanya.
ZIYA : Kasih,
dengarlah seruan hati ku. Seruan doa mengharap lekas hadirmu. Aku amat haus
akan cinta dan sayang mu, belenggu pun sudah menghentikan ku untuk duduk
disini. Lekaslah datang, aku janji akan tersenyum lagi bila kau datang.
Tidak
berapa lama dua orang berperawakan modis datang memasuki kafe dan duduk di
sebuah kursi. Aminah dan Iklima nama mereka. Pelayan segera menghampiri seraya
beberapa kali menebarkan senyumnya.
PELAYAN : Permisi, selamat datang di kafe pesona
senyum. Disini kami menyediakan beberapa menu. Untuk lebih jelasnya, silahkan
pilih menu yang anda inginkan (menyodorkan
buku menu kafe).
AMINAH : Aku pesan mie coklat kriting, sama
minumnya es teh jeruk pake susu murni yang dingin.
PELAYAN : Mohon maaf, mau susu murni sapi, kambing,
atau yang lain?
AMINAH : Hem..emang kalau yang lain itu susu apa
yah? Sapi ajalah.
PELAYAN : Ok!
Mbanya mau menu apa? (menunjuk
teman sebelah pengunjung)
IKLIMA : Aku pesan .. emm.. aku pesan … (membisiki Aminah)
AMINAH : Ya sudah. Dia pesan menu yang sama
dengan saya aja Bu.
PELAYAN : Baik, mohon tunggu sebentar
Pelayan
bergegas mengambilkan pesanan lalu memberikanya pada kedua pengunjungnya. Tanpa
berpikir panjang pelayan mencoba sekali lagi mendekati
PELAYAN : Untuk waktu sekarang masih belum inginkah
Anda memesan menu makanan yang kami sediyakan?
ZIYA : (menggelengkan kepala)
PELAYAN : apa yang membuat anda bertahan disini?
Padahal saya perhatikan anda dari pagi hanya duduk sendirian, tanpa makan
apapun.
Ziya
masih diam. Entah apa yang membuatnya tetap duduk bagai pantat magnet kutub
utara yang terus menempel pada kursi kutub selatan. Lima manit kemudian :
ZIYA : Taka ada kata mustahil untuk kau
singgah dihadapan ku. Mata tajammu membuatku percaya akan kesungguhan mu
padaku. Aku ingat betul ketika kau datang kerumah hendak mempersuntingku. Kau
belum cukup dewasa untuk melakukan itu, kata mama mu. Hingga akhirnya kau
mengabdi untuk negara lebih dahulu.
Semua
pengunjung kafe memperhatikan sosok yang membacakan puisi. Mereka terheran, tak
terkecuali Aminah dan Iklima.
IKLIMA : Apa yang dilakukan perempuan itu? Apa
dia masih waras?
AMINAH : Entahlah, aku tidak akan peduli dengan
orang semacam itu.
IKLIMA : Kenapa?
AMINAH : Buat apa kita memperdulikanya, toh dia
bukan orang yang kita kenal.
IKLIMA : Tetapi…
AMINAH : Sudahlah teman aku tidak mau
membicarakan hal itu.
Tiba-tiba
datanglah seorang laki-laki yang menemui Ziya. Ziya berusaha bersembunyi dibalik
pengunjung kafe yang ada.
RIYAN : (mendekati
pelayan kafe) Permisi Bu, apa Ibu melihat seorang perempuan dengan shal
merah, rambut pendek, dan badanya tinggi gemuk agak pendek dan kurus? Itu Ziya
Bu, adik saya. Yang wajahnya mirip artis korea itu loh.. eh, jadi curhat. Apa
Ibu melihatnya?
PELAYAN : Mas itu bagaimana, mana ada orang yang
badanya tinggi gemuk agak pendek dan kurus.
RIYAN : Oh iya yah. Maksud saya yang bagian
akhirnya aja Bu.
PELAYAN : emmm. Ada mas, mungkin yang anda
maksudkan perempuan yang duduk di kursi … Loh.. loh.. loh.. Kok jadi menghilang
begitu yah? Jangan-jangan .. jangan-jangan..
RIYAN : Jangan sop yah Bu? Atau jangan
asem?
PELAYAN : Jangan-jangan.. jangan-jangan.. dibawa
sama… aaaa.. (ketakutan)
AMINAH : Sudah, nggak usah pada lebay gitu dong.
Suara fales gitu teriak-teriak.
IKLIMA : Tapi ini gawat, perempuan yang tadi
itu hilang
AMINAH : Apah? Hilang? Bukankah tadi dia itu
tadi duduk di… (menunjuk kursi yang tadi
di dudukin Ziya)
(Semuanya
teriak histeris)
AMINAH : Stop. Maksud klian semua, yang hilang
itu perempuan agak stress itu yah?
IKLIMA : Jangan bilang begitu, nanti
arwahnya.. aaa….
(Semuanya
histeris ketakutan dan tiba-tiba)
ZIYA : Semua memang teriak begitu
keras, tp tidak ada yang bisa mengalahkan teriakan ku dalam hati. Datanglah
kemari sayang, kau dengar teriakan ku itu kan? Orang tuaku sudah merestui kita.
Keluargaku juga sudah merelakan aku untuk dirimu. Sayang… datanglah..
RIYAN : Sudahlah Ziya, tidak ada gunanya
kau melakukan semua ini,
ZIYA : Fatah…. Fatah ku..
AMINAH : Heh.. makin gila itu orang. Ayo pulang (Aminah dan Iklima pergi)
RIYAN : Cukup Ziya, ayo kita pulang
ZIYA : (menggelengkan kepala)
PELAYAN : Mohon maaf mas, satu jam lagi kafe ini
mau ditutup. Jadi tolong segera tinggalkan tempat ini. Permisi,
RIYAN : Ziya, kau dengar ucapan playan tadi
kan kalau satu jam lagi kafenya mau ditutup. Ayo Ziya kita juga harus istirahat
ZIYA : Tapi dulu dia berjanji akan
datang kekafe ini pada tanggal delapan Mei. Dan itu adalah sekarang, tepat hari
ulangtahunku yang ke duapuluh satu kak,
RIYAN : Itu janji dulu Citra, sudah lima
bulan dia tidak bersama mu. Bisa sajakan dia sudah lupa akan janjinya itu,
ZIYA : Aku percaya kasih sayang dan
cinta dia masih milikku. Begitupun dengan janjinya, dia tidak pernah ingkar
kepada ku.
RIYAN : Ah.. Kenapa kau sungguh keras kepala
begini? Kasih sayang dan cinta itu mudah berubah, tidak akan pernah ada orang
yang tahu kalau dia masih mempunyai rasa itu kepada mu atau tidak? Iya kan?
Ziya
menunduk. Matanya mulai berkaca-kaca. Melihatnya hampir menangis, kakaknya itu
memberikan saputangan kepada Ziya dan mencoba menenangkanya.
RIYAN : Aku tahu. Ini semua tidak mudah.
Tidak ada yang tau seberapa besar berharapnya engkau untuk bertemunya. Lihatlah
jam tangan mu, setengah jam lagi kita pulang.
Ziya
dan Riyan seraya duduk dan menunggu waktu yang menentukan, mata Ziya yang
menerawang jauh membuat Riyan takmampu lagi berbuat apa-apa. Beberapa saat
kemudian, seorang laki-laki memasuki kafe dengan di buntuti seorang wanita.
Ziya : Akhirnya kau datang juga. Aku
sangat merindukan mu sayang, kemarilah. Aku tahu kau akan datang,
Fatah
dan Naufi mendekat
FATAH : Iya. Ini aku datang untuk mu. (berpelukan dan memberikan kado)
ZIYA : Wah.. Ina sudah besar yah,
cantik lagi.
FATAH : Hemmm.. Ini bukan Ina. Ziya,
kenalkan dia Naufi calon istriku
INA : Naufi, calon istrinya Fatah
ZIYA : Lihatlah, cakrawala mungkin kini
memang tidak berpihak pada kita. Tapi lihatlah esok, semua akan terbayarkan
lebih indah dari yang kau bayangkan. Ingat lah aku wahai kasih ku, setiap malam
aku akan menjaga mu dalam tidurku. Sehat mu lah yang paling aku utamakan, sakit
mu tak sebanding dengan sakit yang aku rasakan. Percayalah sayang, aku akan
tetap memperjuangkan cinta kita. Cinta suci yang tak tertandingi oleh apapun,
cinta yang tak ada sepercikpun najis dalam tiap balutanya. Aku akan terus ada
dalam tiap detak jantungmu, walau bagaimanapun keadaannya aku akan tetap ada
untukmu hingga ajalku. Tunggulah aku wahai kasihku.. Ini puisi yang kau lantunkan sebelum hari
perpisahan kita. Kau ingat? Saat itu, dibawah pohan duku kau berusaha
meyakinkanku tuk tetap bersama mu. Ini untuk peganganku katamu.
FATAH : Tapi..
ZIYA : Tapia apa? Kau mau menarik puisi
mu itu?
FATAH : (terdiam)
ZIYA : Lelaki memang begitu. Hanya bisa
menyisakan duka pada wanita. Atau kaumemang sengaja merencanakan semua ini?
FATAH : Cukup Ziya, maafkan aku, kini aku
telah menemukan pasanganku. Aku akan menikahinya di hari Senin, 10 Mei esok.
Aku kesini untuk mengundang mu.
ZIYA : Aku akan dating
FATAH : Trimakasih, Assalamualaikum
ZIYA RIYAN : Waalaikumussalam
FATAH : Warohmatullohi Wabarokatuh. (meninggalkan kafe bersama seorang
perempuan)
Ziya
jatuh karenatidakkuat lagimemikul beban yang ada, hanya bisa bertawakkal pada
keadan, tinggal waktu yang menentukan. Riyan hanya mampu menenangkan Ziya dan
mengajaknya pulang.
Sampai
dirumah, semuanya bisu. Tidak ada yang membalas salam Riyan. Riyan mengantarkan
Ziya kekamar dan memintanya untuk beristirahat.
RIYAN : Sudah malam Ya, tidurlah. Jangan
menunggu malam larut ini berganti fajar.
Ziya
tetap terdiam
RIYAN : Aku keluar yah, kalau perlu apa-apa.
Panggil saja aku. (Riyan keluar kamar)
Ziya
yang masih lemas duduk di ranjang. Matanya mulai tak karuan memandang apapun.
Sampai saat matanya tertuju pada jam tanganya.
ZIYA : Ya Tuhan. Maafkan lah semua
salah aku. Ambil aku kapan pun Engkau mau. Saat ini, jam 11.45. Bebaskan lah
aku dari semuanya Tuhan.
Ziya
teriak-teriak, hingga akhirnya iya merasakan betapa capenya dia, dan tidur
terlelap.
Rumah
pun kembali sepi, dan tiba-tiba semua orang yang sebelum tidur Ziya temui
kembali dia temukan. Tapi sungguh berbeda, mereka mengenakan pakaian seba putih
seraya mengucapkan selamat atas ulang tahun ziya dan Fatah membawakan kue ulang
tahun.
ZIYA : Haa…. Tuhan.. Jangan beri aku
mimpi seperti ini. Mereka semua tak ada yang mengerti kondisiku.. Tuhan.. Apa
ini malaikat yang akan mencabut nyawaku? Bangunkan aku.. Bangunkan aku.
Semuanya
malah semakin keras menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Ziya.
ZIYA : Tuhan… mimpi buruk macam apa
ini? .. Bangunkan aku Tuhan…
Semua
semakin mendekat ke arah Ziya. Mata mereka hanya tertuju pada Ziya. Ziya
ketakutan dan terus berteriak-teriak meminta tolong pada kakaknya. Hingga
datanglah sosok kakaknya
RIYAN : Selamat ulang tahun Ziya. Ini bukan
mimpi, mereka semua asli..
FATAH : Benar Ziya, maafkanlah aku untuk
selama ini.
PELAYAN : Kau mau kado apa? Semuanya akan Saya
sediakan. Apapun yang Anda pesan.
IKLIMA : Selamat ulang tahun, semoga kesedihan
mu lekas berganti kebahagiyaan. Agar aku juga bisa melihat senyum mu lagi.
AMINAH : Hei.. Kalian ini bagaimana? Apa
maksudnya? Kamu juga… (memandang Iklima.
Setelah semua diam, Aminah tersenyum pada Ziya dan memberikan kadonya) Ini
Ziya, semoga bermanfaat. Happy birthday yah..
Semunanya
tertawa kecuali Ziya.
INA : Srlamat ulang tahun Kak Ziya.
kakak masih ingat aku kan? Ini aku Ina, adiknya mas Fatah, aku baru pulang dari
Thailand minggu kemarin. Maaf yah, baru kali ini aku bisa kesini. Kakak makin
cantik deh, lebih cantik dari lima tahun lalu ketika aku belum ke Thailand. Iya
kan Mas Fatah? (menghadap ke wajah fatah)
Ziya
tetap saja masih diam.
IKLIMA : Ini aku Iklima, dan ini Aminah (menunjuk aminah). Kau ingat kami kan,
teman SMA mu ketika kelas sepuluh?
PELAYAN : Dan ini saya Ziya. Saya ibunya Fatah,
saya sudah melihat kesungguhan cinta mu, saya ingin kau menikah dengan Fatah.
FATAH : Ziya, Kau lah kekasih sejati ku.
Kau masih ingat yang tadikan? Itu semua aku lakukan karena aku mencintaimu.
Semua aku lakukan karena aku mencintaimu, Ziya.
Ziya
tetap saja terdiam, tanpa berganti ekspresi.
FATAH : Kau dengar perkataan ibu ku
tadikan? Ibu ku sudah merestui kita, kita bisa menikah kapan pun kau mau. Iya
kan Bu? (memandang arah ibu)
Ibu
menganggukkan kepala. Dan Ziya belum melontarkan satu kata pun.
FATAH : Ziya, kau masih mencintaiku kan?
Kau masih mendambakan pernikahan kita kan?
Ziya
berdiri dan..
ZIYA : Apa sih mau kalian? Kalian semua
hanya bisa membuat duka, tak ada hiburan sedikitpun bagi ku. Puas?
Semua
terdiam.. tiba-tiba Ziya tertawa terbahak bahak..
FATAH : Ziya, kamu kenapa Ziya?
Ketawa Ziya malah
bertambah keras.
SEMUA : Ziya… Ziya.. Kamu Kenapa? Sadar
Ziya.. Ziya…
ZIYA : Aku tertawa karena aku bahagia.
Semuanya
tertawa dan saling berjabat tangan dan berpelukan.
…SELESAI…