Ibu Rumah Tangga Seharusnya
Dibayar
Disebuah perkampungan yang masih sangat tradisional,
terdapat sebuah lapangan, dimana para warga sedang berkumpul untuk
menyelesaikan sebuah masalah mengenai kehidupan
rumah tangga salah seorang pasangan. Pasangan suami istri tersebut
adalah nyonya Rusyar dan tuan Keo. Suasana semakin panas ketika masing-masing
individu dari pasangan seumur jagung mulai menjelaskan tentang masalah mereka.
Saat sesi pemaparan berlangsung, Rusyar mengemukakan
bahwa “Keo hanya memberikan uang cukup pada saya dan kedua anak saya ini. Dia
tidak pernah memikirkan kondisi saya dan kebutuhan pribadi saya. Dia juga telah
mengingkari perjanjian pernikahan kita yang sesuai dengan nama saya.” Mendengar
pernyataan Rusyar, ketua RW setempat bertanya, “Keo, apa janji pernikahan
kalian yang sesuai dengan nama Rusyar?” Keo terdiam. Amarah Rusyar semakin
menyala-nyala dan berdiri seraya mengatakan “Keo, jawab dong. Kau mengatakan
apa pun yang aku tanyakan akan kau jawab sesuai dengan kebalikan bunyi suara
ketika mengucap nama mu, oke! Kau masih ingat kan waktu belum menikah, ketika
kita kehujanan dibawah pohon palem? Iya, Kau hanya pengumbar janji.” Mendengar
perkataan Rusyar, Keo menjawab, “Sesuai dengan kebalikan bunyi suara ketika
mengucap nama saya, oke akan saya jawab. Maafkan saya, memang benar saya pernah
berjanji ketika menikah bahwa sesuai nama mu, Rusyar mengandung singkatan rus
dari kata harus, dan yar dari kata dibayar. Kau memang harus dibayar, saya
janji akan membayar mu dan melunasi semua hutang saya kepada mu selama dua
tahun lalu.”
Semua orang tertawa mendengar jawaban dari Keo. Ketua
Rw menggeleng-gelengkan kepala seraya mengatakan, “Ya sudah, semuanya sudah jelas
kan? Tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan. Ayo warga, bubar.”
Semua warga meninggalkan lapangan. Pasangan suami
istri pun pulang bersamaan sambil menggendong kedua anaknya, masing-masing
individu satu anak. Kini masalah sudah berbuah perhatian yang tidak terkirakan.
Ibu Rumah Tangga Seharusnya Tidak
Dibayar
Disebuah perkampungan yang masih sangat tradisional,
terdapat sebuah lapangan, dimana para warga sedang berkumpul untuk
menyelesaikan sebuah masalah mengenai kehidupan
rumah tangga salah seorang pasangan yang seminggu kemarin sudah mereda masalahnya.
Pasangan tersebut tidak lain dan tidak salah lagi baru menikah dua tahun yang
lalu. Mereka adalah nyonya Rusyar dan tuan Keo. Suasana semakin panas ketika
masing-masing individu dari pasangan seumur jagung molai menjelaskan tentang
masalah mereka.
Saat sesi pemaparan berlangsung, Rusyar mengemukakan
bahwa “Kao, apa yang membuatmu ingkar lagi? Bukankah kau telah berjanji untuk
membayar dan melunasi hutang mu padaku! Kenapa kau menarik kata-kata mu itu?
Kau memang lelaki yang tidak bisa dipercaya.” Mendengar perkataan Rusyar, ketua
RW terheran dan bertanya kepada suami Rusyar, “Wahai saudara Keo, apakah yang
dikatakan istri mu itu benar?” Keo terdiam, emosi Rusyar semakin menjadi-jadi
seraya berdiri mengatakan, “Keo, kau memang lelaki munafik. Kau sengaja
melakukan semua ini kan? Jawab Keo, jangan hanya kau andalkan kebalikan bunyi
suara ucapan nama mu, oke.” Mendengar perkataan sang istri, Keo menjawab, “Oke,
ini akan saya jawab. Kau sabar dulu Rusyar, Kau tahu kan kalau pendapatan saya
itu pas-pasan, kau juga tahu kan yang terpenting dalam rumah tangga itu suami
memberi nafkah untuk keluarganya. Tanpa saya bayar, Kau juga sudah mendapat
balasan pahala dari Tuhan. Bukankah nama lengkap mu itu Rusyar Tiyar Tifa. Kau
masih ingat? Ingatlah nama lengkap mu juga mengandung singkatan rus dari kata
harus, kedua kata yar dari kata bibayar, kedua ti dari kata tidak, dan fa itu
pengganti pa yang berasal dari kata apa-apa. Maka jelas dari singkatan itu
adalah harus dibayar, tidak dibayar tidak apa-apa. “
Semua orang tertawa mendengar jawaban dari Keo. Ketua
Rw menggeleng-gelengkan kepala seraya mengatakan, “Ya sudah, semuanya sudah jelas
kan? Tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan. Ayo warga, bubar.”
Semua warga meninggalkan lapangan. Pasangan suami istri
pun pulang bersamaan sambil menggendong kedua anaknya, masing-masing individu
satu anak. Kini masalah kedua pun sudah berbuah perhatian lagi yang tidak
terkirakan.
Mau dibayar atau tidak yang penting biaya bulanan cukup.
BalasHapus