Kamis, 17 Oktober 2019

Mengapa Agen of Change Harus Belajar Islam?


Mengapa Agen of Change Harus Belajar Islam?
Oleh : Fina Siliyya

Assalamualaikum saudara saudari ku. Mudah-mudahan keberkahan Allah senantiasa terlimpah kepada kita semua. Aamiin. Hi Andaramu Jayantara, Alhamdulillah kini gelar mahasiswa IPB telah kau dapatkan, semoga sebutan ini tidak membuatmu luput dari berbangga hati ya. Aamiin.
Berbicara mengenai mahasiswa, sudah tahukah engkau dengan arti mahasiswa? Mahasiswa berasal dari kata maha dan siswa. Maha berarti besar atau agung, dan siswa berarti orang yang sedang belajar. Kacamata masyarakat seringkali membuat tafsiran bahwa mahasiswa masuk dalam golongan elit, pasalnya tidak semua orang dapat menduduki perguruan tinggi. Sejarah pun mencatat sejumlah prestasi mahasiswa, diantaranya berhasil mendesak turun Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Itulah kenapa mahasiswa sering kali disebut dengan agen of change, agen perubahan.
Seorang agen perubahan tidak serta merta hanya menyerukan suara pribadi, akan tetapi seharusnya menyerukan suara umat. Memang benar, tri dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian) mengharuskan seorang mahasiswa mampu mengabdikan dirinya untuk kepentingan umat. Menurut Andaramu Jayantara, perubahan apa yang harus dilakukan untuk kepentingan umat ini? Perubahan kebijakan pemerintahkah? Atau perubahan yang meuntut harga sembako murah? Atau perubahan yang bagaimana? Sudah punya jawabankah? Pernah bepikir tentang peran Engkau untuk umat? Sekarang pikirkanlah dan renungkanlah wahai Saudara seiman ku.
Manusia mendapakan karunia dari Allah melebihi karunia Allah kepada hewan. Manusia tidak hanya memiliki kebutuhan jasmani dan naluri saja, tetapi juga dibekali dengan akal. Akallah yang membuat manusia unggul dibandingkan makhluk Allah yang lainya. Akal juga mampu menjadi pusat kendali perbuatan. Dengan demikian, jika seorang manusia ingin dikatakan sebagai manusia benar (bukan manusia jadi-jadian), maka akal musti digunakan secara benar. Benar yang dimaksudkan bukanlah berdasar pada standar benar manusia, melainkan benar menurut Allah, Sang Pencipta segalanya. Ketika potensi akal tidak membuat hati, mata, telinga berfungsi dengan benar menurut Allah, neraka Jahannam sudah menanti.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” [QS. Al-A’raf (7) : 179].
Sebutan binatang ternak atau yang lebih sesat dari binatang ternak tentu saja tidak ingin didapati oleh manusia yang beriman kepada Allah. Demikian halnya oleh mahasiswa. Agen perubahan yang disandang pun harusnya diselaraskan dengan perubahan yang diridhai Allah dengan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki. Mahasiswa yang beriman secara benar akan mampu merasakan, melihat, dan mendengar jeritan umat yang semakin hari semakin membuncah. Untuk dapat mengindra permasalahan umat, maka sikap acuh tak akan mampu menjadi modal awal dalam mengindranya.
Jutaan masalah umat akan dapat terselesaikan secara bersih ketika menggunakan solusi yang berasal dari Sang Pengatur, Allah SWT. Bagaimana tidak, segala apa-apa yang ada di dunia ini yang menciptakan adalah Allah. Dengan demikian, jelaslah bahwa yang mempunyai solusi atas segala permasalahan hanyalah Allah karena Dia yang menciptakan dan mengatur segala kehidupan yang ada. Manusia yang menggunakan akal dengan benar akan mampu menemukan solusi permasalahan melalui petunjuk yang Allah wahyukan kepada Muhammad, Rosul terakhir pengemban risalah. Akan tetapi untuk memahami petunjuk Allah, Al Qura’an dan sunnah, tidak cukup jika hanya dibaca tanpa mendengarkan penjelasan shahih dari ulama yang shahih. Inilah pentingnya seorang agen of change, agen perubahan untuk mengetahui syariat islam secara benar serta mampu mengaplikasikanya dalam berkehidupan. Seorang agen of change yang lurus tidak ingin dipandang berjasa dalam menyelesaikan permasalahan umat, cukuplah ridha Allah yang ingin ia dapatkan.

Bogor, 1 Juli 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar