Sepercik Masa Remajaku
Masa
remaja akan disinggahi setiap insan yang dikaruniai kesempatan untuk berjalan
dalam kehidupan. Tumbuh dan berkembangnya setiap remaja berbeda, bukan hanya
dari segi fisik saja, namun dari segi emosional dan kematangan mentalpun
berbeda.
Dini
hari yang mendung menyelimuti sebuah kampung dengan ditemani suara hembusan
angin penggoyang pepohonan. Hawa dingin penembus kulit tidak menyulitkanku
beranjak dari kamar tidur untuk melaksanakan pekerjaan rutin yang biasa aku
lakoni setiap hari. Dengan mantap aku menggerakkan tubuh secara runtut dan
anteng sesuai tuntunan serta dengan penuh harap aku mengangkat kedua tangan
agar diberikan jalan yang terbaik oleh Yang Mahakuasa.
Aku
ingat betul di hari kemarin ketika aku dimarahi habis-habisan oleh kedua orang
tuaku. Memang itu salah ku. Aku dilarang mengikuti kegiatan kesenian, khususnya
seni teater. Tapi bagaimanapun juga, Aku sudah terlanjur cinta dengan teater.
Pandangan mereka yang negatif terhadap seni menyulitkanku untuk berkesenian.
Tiap kali Aku pulang sore karena teater, disitulah aku menyipkan telingaku
untuk menampung sabda-sabda mereka.
Kali
ini, Aku dimarahi habis-habisan oleh mereka, ia kali ini Aku pulang lebih sore
dan jatuh dari motor. Aku terkurung diri dalam kamar, malas makan, malas
belajar, malas bersosialisai dengan mereka. Setiap harinya Aku menghibur diri
untuk pergi ke sebuah sekolah pertama yang dulu merupakan tempat belajarku.
Disana aku belajar berkesenian dengan anak-anak yang lebih muda. Berbeda dengan
berkesenian di sekolahku yang sekarang, mungkin lebih tepatnya disini aku sebut
sebagai latian drama.
Aku
rindu dengan keluarga keduaku, aku rindu Bunda, aku rindu teman-teman, aku
rindu teater, dan aku rindu segala aktivitas bersama mereka. Ku beranikan diri
untuk bercengkrama bersama kedua orang tuaku. Aku bernegosiasi untuk tetap
memiliki keluarga kedua. Sedikit demi sedikit, mereka mulai mengerti dengan
kondisi dan kemauanku. Mereka tahu betul, sebelum aku berhenti dari aktivitas
itu, aku bersama keluarga kedua telah memenangkan sebuah ajang perlombaan
dengan juara satu festival lomba seni nasional tingkat kabupaten. Dan aku
meninggalkan kesempatanku untuk unjuk diri di tingkat yang lebih tinggi.
Dua
bulan sudah aku tidak berkesenian bersama mereka, Aku sangat sedih melihat
wajah-wajah mereka. Ku sempatkan sesekali aku mendatangi Sang Guru, Dia
menasehatiku untuk tetap sabar dan tabah
menjalani semuanya. Sesampainya aku pulang, Aku terus meminta izin kepada Ayah
dan Ibuku, untuk aku kembali menjalankan kesukaanku. Kini, mereka mulai paham
dengan keinginanku. Aku terus menyampaikan argumen-argumen betapa seni sangat
penting untuk Aku dan hidupku. Kerap kali kami hampir berdebat layaknya bukan
seorang anak dan orang tua. Kami saling menguatkan argument untuk mempertahankan
keinginan.
Kuberanikan
diri untuk kembali terjun kedalam teater. Aku ingin mencari jati diriku bersama
teater. Teater membimbingku untuk belajar banyak hal, terlebih lagi tentang
masalah kehidupan. Kuniatkan kembali dengan tulus dan ikhlas, agar seni teater
pun masuk dalam tubuh dan jiwaku dengan tulus dan ikhlas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar