Selasa, 26 Januari 2016

sepercik masa remajaku


Sepercik Masa Remajaku



            Masa remaja akan disinggahi setiap insan yang dikaruniai kesempatan untuk berjalan dalam kehidupan. Tumbuh dan berkembangnya setiap remaja berbeda, bukan hanya dari segi fisik saja, namun dari segi emosional dan kematangan mentalpun berbeda.

            Dini hari yang mendung menyelimuti sebuah kampung dengan ditemani suara hembusan angin penggoyang pepohonan. Hawa dingin penembus kulit tidak menyulitkanku beranjak dari kamar tidur untuk melaksanakan pekerjaan rutin yang biasa aku lakoni setiap hari. Dengan mantap aku menggerakkan tubuh secara runtut dan anteng sesuai tuntunan serta dengan penuh harap aku mengangkat kedua tangan agar diberikan jalan yang terbaik oleh Yang Mahakuasa.

            Aku ingat betul di hari kemarin ketika aku dimarahi habis-habisan oleh kedua orang tuaku. Memang itu salah ku. Aku dilarang mengikuti kegiatan kesenian, khususnya seni teater. Tapi bagaimanapun juga, Aku sudah terlanjur cinta dengan teater. Pandangan mereka yang negatif terhadap seni menyulitkanku untuk berkesenian. Tiap kali Aku pulang sore karena teater, disitulah aku menyipkan telingaku untuk menampung sabda-sabda mereka.

            Kali ini, Aku dimarahi habis-habisan oleh mereka, ia kali ini Aku pulang lebih sore dan jatuh dari motor. Aku terkurung diri dalam kamar, malas makan, malas belajar, malas bersosialisai dengan mereka. Setiap harinya Aku menghibur diri untuk pergi ke sebuah sekolah pertama yang dulu merupakan tempat belajarku. Disana aku belajar berkesenian dengan anak-anak yang lebih muda. Berbeda dengan berkesenian di sekolahku yang sekarang, mungkin lebih tepatnya disini aku sebut sebagai latian drama.

            Aku rindu dengan keluarga keduaku, aku rindu Bunda, aku rindu teman-teman, aku rindu teater, dan aku rindu segala aktivitas bersama mereka. Ku beranikan diri untuk bercengkrama bersama kedua orang tuaku. Aku bernegosiasi untuk tetap memiliki keluarga kedua. Sedikit demi sedikit, mereka mulai mengerti dengan kondisi dan kemauanku. Mereka tahu betul, sebelum aku berhenti dari aktivitas itu, aku bersama keluarga kedua telah memenangkan sebuah ajang perlombaan dengan juara satu festival lomba seni nasional tingkat kabupaten. Dan aku meninggalkan kesempatanku untuk unjuk diri di tingkat yang lebih tinggi.

            Dua bulan sudah aku tidak berkesenian bersama mereka, Aku sangat sedih melihat wajah-wajah mereka. Ku sempatkan sesekali aku mendatangi Sang Guru, Dia menasehatiku  untuk tetap sabar dan tabah menjalani semuanya. Sesampainya aku pulang, Aku terus meminta izin kepada Ayah dan Ibuku, untuk aku kembali menjalankan kesukaanku. Kini, mereka mulai paham dengan keinginanku. Aku terus menyampaikan argumen-argumen betapa seni sangat penting untuk Aku dan hidupku. Kerap kali kami hampir berdebat layaknya bukan seorang anak dan orang tua. Kami saling menguatkan argument untuk mempertahankan keinginan.

            Kuberanikan diri untuk kembali terjun kedalam teater. Aku ingin mencari jati diriku bersama teater. Teater membimbingku untuk belajar banyak hal, terlebih lagi tentang masalah kehidupan. Kuniatkan kembali dengan tulus dan ikhlas, agar seni teater pun masuk dalam tubuh dan jiwaku dengan tulus dan ikhlas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar